PALU – Petahana Calon Wali Kota Palu, Hidayat, mengatakan, isu bencana alam 28 September 2018 silam, kerap digunakan sebagai senjata lawan politik untuk menjatuhkannya.
Itulah sebabnya, kata dia, di masa kepemimpinannya selama ini, dirinya banyak mendapatkan cacian, makian bahkan fitnah yang bertubi-tubi.
“Selaku manusia biasa terus terang saya juga merasa sangat terpukul. Namun saya menyerahkan semua perlakuan mereka itu kepada Allah SWT,” kata Hidayat saat silaturahim dengan warga di Kelurahan Nunu, Jumat (16/10).
Bahkan, kata dia, hal itu pula yang kadang membuatnya tidak mau lagi maju pada ajang Pilwakot tahun ini.
Menurutnya, ada oknum yang sengaja membuat sebuah video kebohongan yang dipertontonkan kepada masyarakat luas. Di mana dalam tayangan tersebut ada acara penyembelihan kerbau, tombak babi pada kegiatan Festival Palu Nomoni, tepatnya sebelum bencana alam terjadi.
Padahal, kata dia, semua itu tidaklah benar. Menurutnya, video itu hanya editan dari oknum yang sengaja membuat kegaduhan dengan tujuan agar masyarakat marah dan membencinya.
“Acara-acara tersebut tidak ada dalam Festival Palu Nomoni. Beberapa menit sebelum terjadinya bencana itu saya berada di lokasi kegiatan dan sama sekali tidak melihat adanya kegiatan potong kerbau dan tombak babi seperti yang mereka filmkan itu dan sampai saat ini saya juga belum pernah mendengar ada orang yang melihat acara tersebut,” tuturnya.
Kata Hidayat, bencana alam yang terjadi bertepatan dengan kegiatan peringatan HUT Kota Palu adalah kehendak dari Allah SWT. Tak ada satupun manusia yang mampu menahannya.
“Bencana alam 28 September 2018 itu sebenarnya adalah teguran bagi yang masih tipis imannya dan ujian bagi yang sudah tebal imannya,” tuturnya.
Reporter : Hamid
Editor : Rifay