POSO- Sebanyak 34 Kepala Keluarga (KK) yang mendiami pinggiran danau Poso, Desa Taipa, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso terancam, akibat abrasi dan penurunan muka tanah (downlift).
“Khusus pesisir danau Poso Desa Taipa tanah yang terjadi penurunan sekitar 10 are atau 0,1 hektare,” kata mantan Kepala Desa (Kades) Taipa Weliones Gintu kepada sejumlah jurnalis di Desa Taipa, Senin (12/9).
Ia mengatakan, bila penggerusan akibat abrasi itu terus terjadi menjadi ancaman bagi permukiman warga.
“Jarak pinggir danau semakin dekat dengan permukiman warga sekitar 30 meter,” ucapnya.
Beruntung dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi, kata dia, membangun tanggul di pesisir danau sepanjang 700 meter, sehingga ombak danau tidak langsung menghantam permukiman warga.
Olehnya mereka mengimbau serta melarang warga mendirikan bangunan dekat pesisir danau. Selaku pemerintah desa kala itu wacana untuk merelokasi warga pesisir mendiami pinggiran Danau Poso pun telah diajukan baik terhadap pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi.
“Tapi sampai diri saya pensiun sebagai kades belum terakomodir, sebab merelokasi warga juga biayanya cukup tinggi,”pungkasnya.
Akademisi Universitas Tadulako, Ir. Abdullah mengatakan, terkait dengan penurunan permukaan tanah di Desa Taipa, dirinya pernah menyampaikan ke warga setempat, kalau ada rezeki, maka rumah-rumah yang di tepi danau tidak usah diperbaiki.
“Tapi rezeki tersebut sebaiknya digunakan untuk beli tanah yang agak jauh dari tepi danau, lalu bikin rumah baru di tanah itu,” kata pakar gempa Sulteng tersebut.
Ia mengatakan, penyebab penurunan permukaan tanah tersebut adalah formasi batuanya merupakan lapisan sedimen yang porositasnya tinggi.
“Jika ada gempa dengan Magnitudo > 6 dan pusatnya relatif dekat dengan permukiman tersebut maka bisa terjadi seperti di Tompe dan Lompio, selain itu, juga rawan tsunami,” bebernya.
Ia menambahkan, Desa Taipa dilalui sesar Poso, sangat bisa berpotensi tsunami, apalagi danau Poso 1,5 kali lebih luas dibanding teluk Palu.
“Pun kalau permukaan air tanahnya dangkal dan terjadi gempa dengan Magnitudo > 6 maka bisa terjadi likuefaksi,” menyudahi.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG