Pesan Kepala BI Sulteng untuk Santri Madinatul Ilmi: Ingat ABC

oleh -
Kepala KPw BI Sulteng, Rony Hartawan (tengah), menyampaikan beberapa pesan kepada santri Ponpes Alkhairaat Madinatul Ilmi Dolo, Sabtu (24/08). (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

PALU – Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), melakukan lawatan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Alkhairaat Madinatul Ilmi, Dolo, Kabupaten Sigi, Sabtu (24/08).

Kehadiran BI Sulteng ini merupakan rangkaian dari peresmian penggunaan Barbershop “Yakheir” dan salon kecantikan bantuan dari BI Sulteng sebagai salah satu upaya mewujudkan kemandirian pesantren.

Pada kesempatan itu, Kepala KPw BI Sulteng, Rony Hartawan, berkesempatan berbagi ilmu dengan para ustadz dan santri Madinatul Ilmi. Rony menekankan agar para santri agar banyak belajar hal-hal baru tentang kewirausahaan, juga belajar teknologi.

“Pernah dengar Artificial Intelijen (AI), sekarang ada yang gratisan Gemini dari Google kita bisa buat gambar pakai ChatGPT. Nanti kita buat pelatihan ChatGPT, biar tahu banyak perkembangan-perkembangan baru. Kalau enggak belajar hal-hal yang baru ya pasti jadi ancaman,” katanya.

Untuk itu, kata Rony, para santri diharap tidak hanya ngaji fiqih, tapi ngaji sufi, dan ngaji canggih.

“Harus ada tiga yang dipelajari. Ke depan adik-adik perlu tiga kecerdasan, pertama cerdas secara akademis, cerdas secara fiqih, tapi perlu juga cerdas secara pengalaman, pintar bergaul. Terakhir cerdas spiritual dan ini sudah ada modal kalau di pesantren,” jelasnya.

Lanjut dia, bantuan barbershop dari BI sendiri bukan sekadar membangun tempat usaha, melainkan juga untuk membangun pengalaman, kecerdasan emosional.

“Karena kita belajar berbisnis. Kan enggak cuma motong rambut, tapi bagaimana melayani dan ketemu pelanggan,” jelasnya.

Ia juga menitip pesan kepada para santri agar tidak lupa tiga rumus sukses dalam kehidupan. Rony mengistilahkan dengan ABC.

“A itu ambisi, punya mimpi mau jadi apa. Harus punya mimpi, kalau enggak ada mimpi, maka tidak punya harapan, akan susah buat maju. Mimpi harus tinggi-tingginya. Jangan pernah takut dengan kekurangan,” jelasnya.

Selanjutnya, B adalah Behavior atau perilaku. Kata dia, perilaku harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

“Rasulullah sudah jadi contoh paling canggih-lah, nggak usah cari-cari contoh yang lain,” tekannya.

Terakhir, kata dia, C atau competence yaitu terampil dan selalu suka mempelajari hal-hal baru dan bermanfaat.

Di tempat yang sama, Pimpinan Ponpes Alkhairaat Madinatul Ilmi, Dr HS Ali Hasan Aljufri, menceritakan secara singkat berdirinya Ponpes Alkhairaat Madinatul Ilmi.

Kata Habib, pondok pesantren ini merupakan salah satu cabang dari Pondok Pesantren Alkhairaat di Palu yang berdiri Tahun 1992.

“Ini awalnya dulu masih sawah, almarhum HS Saggaf bin Muhammad Aljufri berkeinginan ada satu pondok pesantren yang bisa sebagai percontohan dari Pondok Pesantren Alkhairaat yang begitu banyak,” katanya.

Menurut dia, berdirinya Ponpes Madinatul Ilmi ini sekaligus untuk mencetak guru-guru, karena madrasah-madrasah Alkhairaat masih kekurangan guru, sehingga dibuatlah madrasah yang disebut dengan madrasah muallimin.

Kata dia, di ponpes Madinatul Ilmi sendiri terdapat beberapa usaha untuk menunjang kemandirian pesantren, termasuk adanya lahan persawahan, depot air minum, laundry, salon kecantikan, dan lainnya.

“Insyaallah ke depan banyak hal yang ingin kita kerja samakan dengan BI, bagaimana caranya kita menjadi pilot project sebagai percontohan Alkhairaat ke depan. Oleh karena itu, kita perlu bersama-sama gotong royong membantu mengembangkan ekonomi pesantren dan khususnya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teknologi,” tutupnya. (RIFAY)