PALU- Perwakilan UNICEF wilayah Sulawesi Barat (Sulbar)-Sulawesi tengah (Sulteng) dr.Ekawati mengakui salah satu kendala yang menyebabkan tidak tercapainya capaian vaksinasi adanya berita hoaks.
“Hoaks itu memang menjadi kendala sebenarnya tercapainya capaian vaksin,” kata Perwakilan UNICEF wilayah Sulbar-Sulteng, dr.Ekawati dalam media gathering Unicef Indonesia, bertempat di Amazing Beach Resort, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sabtu, (22/1).
Ia mengatakan, hoaks itu sebenarnya informasi yang menurutnya dibesar-besarkan dan dipercaya oleh orang lain. Hoaks itu menyebabkan salah satu yang membuat mereka, yang harusnya mendapatkan cakupan, itu menjadi stagnan.
“Hoakslah yang banyak membuat orang tidak mau divaksin,” katanya.
Padahal sampai hari ini yang kita tahu adalah vaksinasi adalah salah satu metode digunakan untuk bisa menghentikan covid-19.
“Sebab dengan vaksinasi kita membentuk herd imunity, kekebalan secara general, sehingga covid tidak punya tempat untuk berkembang biak,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakatakan, hoaks itu terjadi karena literasi masyarakat tentang vaksinasi kurang, informasi yang mereka terima kurang, kemudian informasi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) itu besar , menyebabkan kurangnya minat mereka divaksin.
Dia menambahkan, sekarang sasaran vaksin sudah masuk pada vaksinasi anak 6-11 tahun. Provinsi Sulteng sendiri pada vaksinasi lalu sudah capai diatas 70 persen.
“Sasaran vaksin yang harus selesai sekarang adalah anak. Diharap pada bulan 3 Maret nanti capai 100 persen,” katanya.
Sebab kata dia, setelah itu akan ada vaksin campak dan rubella, dan sebelum vaksin tersebut ada rest waktu satu bulan setelah selesai vaksin Covid 19.
Menurutnya, kemungkinan akan ada banyak penolakan dari masyarakat, bila tidak mendapat informasi yang benar terkait vaksin.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, dr Jumriani Yunus, capaian vaksinasi Sulteng hingga pada Kamis 20 Januari mencapai 79,5 persen, lebih dari standar yang telah ditetapkan pemerintah pusat 70 persen.
“Kita sudah 79,5 persen atau sebanyak 1.698.743 jiwa yang sudah divaksin, dari target sekitar 2.135.000 juta,” bebernya.
Ia memaparkan, yang menjadi masalah lansianya kurang dari 60 persen, daerah yang baru mencapai Kabupaten Sigi 62,22 persen.
Dia menjelaskan untuk vaksinasi booster, terutama anak tidak ada persyaratan 60/70 persen, semua daerah provinsi, kabupaten, kota bisa melaksanakan vaksinasi booster meski belum mencapai 60,70 persen.
Hal ini dipercepat kata dia sebab pada bulan Maret nanti akan dilaksanakan vaksin mRNA. Sulteng sudah pernah melakukannya 2018 dan capaiannya cukup tinggi 90 persen.
“Diharapkan bisa sukses kembali, seperti pada tahun sebelumnya,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, jangan sampai kita terlalu fokus pada vaksin Covid 19, lalu penyakit yang lain meledak.
Dia menerangkan akibat hoax yang beredar, vaksin terhadap lansia, pihaknya mengalami kesulitan, meskipun dengan “jemput bola” mendatangi rumah ke rumah, pintunya tidak dibuka atau mereka pergi.
“Untuk lansia banyak sekali ketakutan, karena informasi mereka terima atau baca dari media sosial bahwa banyak orang-orang tua yang divaksin menjadi loyo bahkan meninggal,” sebutnya.
Dia menambahkan, pihaknya telah melaksanakan vaksin booster untuk lansia sejak 12 Januari lalu, tapi belum banyak.
Selain itu ungkapnya, pihaknya ada kelebihan vaksin sekitar 30 ribu dosis akan mendekati ekspaired. Hasil konsultasi dengan Kemenkes mereka memberikan kebijaksanaan , kelebihan vaksin itu boleh dipakai vaksin booster untuk umum.
“Sebenarnya booster untuk umum ini belum bisa dipakai, karena vaksin lansia belum capai 60 persen, baru sekitar 49,5 persen. Inilah yang akan dikejar,” urainya.
Inilah juga yang menyebabkan pembelajaran tatap muka langsung bagi anak-anak sekolah belum 100 persen dilakukan atau masih dibatasi.
Tapi dengan kebijakan tersebut, pihaknya sudah melakukan vaksin booster untuk umum, ketimbang vaksin yang ada itu ekspaired.
Dia juga mengatakan, hampir semua kabupaten kota telah melaksanakan vaksinasi anak, tapi yang baru melaporkan , Kabupaten Sigi, Banggai, Tolitoli, Poso dan Kota Palu.
“Jenis Vaksin digunakan untuk anak, vaksin sinovac yang disetujui BPOM,” tuturnya.
Ia menerangkan, dan capaian vaksin anak dari lima kabupaten/kota melapor totalnya baru sekitar 3.263 dosis, dengan jumlah sasaran 316.610 anak se- Sulteng.
“Vaksin Sinovac tidak bisa lagi dipakai umum , kecuali untuk anak. Sebab keterbatasan vaksin Sinovac yang ada Indonesia,” pungkasnya.
Komite Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Sulteng, dr. Sarniwaty Kammisi, memberikan tips-tips menangkal hoaks dimasa pandemi.
“Kita lebih baik meneliti serta mengenali informasi dari pada panik, apalagi sampai menyebar hoaks,” katanya.
Lanjutnya, hoaks seputar vaksin Covid 19 dapat dengan mudah diidentifikasi, dengan judul berita yang provokatif, tidak cantumkan nara sumber yang kredibel, kejadiannya tidak jelas atau opini seperti viralkan, sebarkan atau bagikan.
Selain itu, periksa fakta dan keaslian foto dan sebagainya. (Ikram)