TOUNA – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi meresmikan secara simbolis 11 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau lembaga penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga, di Desa Uekuli, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-Una (Touna), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Rabu (02/11).
Peresmian dihadiri Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Erwin Dwiyanto, Komite BPH Migas Iwan Prasetya Adhi, Bupati Touna Mohammad Lahay, Bupati Mamasa Ramlan Badawi, Pjs. Area Manager Commmunication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan dan pihak terkait lainnya.
Adapun 11 titik SPBU yang diresmikan tersebut, delapan di antaranya berada di wilayah Sulteng. Lima SPBU berada di wilayah kepulauan Kabupaten Touna, yakni di Kecamatan Batudaka, Togean, Talatako, Tojo dan Walea Kepulauan.
Kemudian tiga penyalur di Kabupaten Banggai Laut tepatnya di Kecamatan Bangkurung, Labobo dan Bokan Kepulauan.
Sedangkan tiga lainnya berada di luar Sulteng, masing-masing satu SPBU di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat, satu di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro dan satu di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara.
Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Erwin Dwiyanto, mengatakan, sebenarnya target yang akan direalisasikan tahun ini adalah 12 titik.
“Namun masih ada satu titik yang 11 sedang dalam fase pembangunan, yaitu di Gorontalo Utara yang ditargetkan selesai tahun ini juga,” ujarnya.
Sebelumnya, lanjut dia, sudah terbangun SPBU BBM Satu Harga sebanyak dua di Kabupaten Touna (2017 dan 2020), dua di Kabupaten Banggai Laut (2018 dan 2021), satu di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (2021), dan lima di Kabupaten Kepulauan Talaud (2017 dan 2018).
“Sejak sejak Tahun 2017, kami telah merealisasikan 42 SPBU BBM Satu Harga, ditambah 11 titik yang diresmikan hari ini,” katanya.
Tahun-tahun berikutnya, kata dia, pihaknya juga masih diberi penugasan untuk merealisasikan SPBU BBM satu harga, tinggal menunggu titik-titik yang akan ditentukan.
Lebih lanjut ia mengatakan, Pertamina sebagai BUMN selalu berperan aktif dalam mendukung program-program pemerintah, utamanya dalam peningkatan perekonomian dan akses energi berkeadilan di seluruh wilayah Indonesia.
“11 titik yang diresmikan hari ini adalah untuk menjamin harga yang setara dengan SPBU yang ada di kota,” jelasnya.
Dalam program ini, kata dia, Pertamina menanggung biaya distribusi secara keseluruhan, dari supply point terminal BBM terdekat dengan moda transportasi menyesuaikan masing-masing wilayah,” katanya.
Tak hanya itu, kata dia, ada pula wilayah yang harus berganti moda transportasi atau multimoda, melalui medan yang jaraknya dekat, namun perlu berhari-hari untuk sampai ke SPBU karena jalan yang belum diaspal dan berlumpur di tengah hutan.
Melalui kesempatan itu, pihaknya berharap kepada kepala daerah yang wilayahnya sudah terdapat SPBU BBM Satu Harga, agar paralel dapat memprogramkan perbaikan infrastruktur, utamanya akses menuju SPBU tersebut.
“Harapannya dengan semakin banyak lembaga penyalur yang harganya setara dengan di kota, biaya produksi bahan pokok dapat ditekan sehingga harga-harga di suatu wilayah semakin terjangkau,” katanya.
Sementara itu, Komite BPH Migas, Iwan Prasetya Adhi, mengatakan, secara nasional, tahun ini dilakukan peresmian sebanyak 47 SPBU di tiga titik, salah satunya di SPBU Ueukuli. Dua lainnya di Sorong dan Halmahera.
Di Touna, kata dia, mungkin wilayahnya tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan di Kabupaten Mybrat Provinsi Papua Barat yang penyalurannya harus dengan pesawat.
“Alhamdulillah Pertamina mau mengangkut ongkos angkutnya kemudian menjual BBM-nya juga dengan harga yang sama seperti di perkotaan,” katanya.
Ia juga menyampaikan capaian SPBU BBM Satu Harga dari tahun 2017 sampai 2021, yakni sebanyak 331. Angka tersebut merupakan bagian dari target kumulatif sampai akhir Tahun 2024 sebanyak 583 SPBU.
Kata dia, penentuan titik SPBU ini dari Dirjen Migas, bukan BPH Migas. Tentunya, semua itu sudah melalui kajian yang komprehensif, sudah melalui koordinasi dengan pemda setempat dan kebutuhan masyarakat.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten, PT Pertamina (Persero) serta seluruh stakeholder terkait yang secara bersama-sama terus mengawal pelaksanaan program ini agar dapat terwujud sesuai dengan target,” tuturnya.
Menurut Iwan, program BBM Satu Harga tentu memberikan manfaat dan dampak positif yang sangat signifikan, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor ekonomi domestik masyarakat.
Selanjutnya, penghematan pengeluaran BBM yang diharapkan diikuti dengan penurunan harga sembako, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.
“Mungkin kalau disini untuk meningkatkan pendapatan nelayan,” katanya.
Ia berharap, SPBU yang diresmikan bisa berubah status menjadi reguler. Artinya, tidak hanya menjual BBM yang satu harga, seperti Pertalite dan Solar, tetapi juga sudah menjual BBM jenis lain non subsidi seperti Pertamax, Dexlite.
“Tentunya itu menandakan bahwa masyarakat di Tojo Una-Una semakin maju,” katanya.
Di tempat yang sama, Bupati Touna, Mohammad Lahay, menyampaikan terima kasih atas diresmikannya lembaga penyalur atau SPBU BBM satu harga di Desa Uekuli.
Kata dia, hadirnya program ini merupakan respon pemerintah atas kondisi ketimpangan atau ketidakadilan pada sektor energi yang jika ditangani secara lambat akan berpengaruh pada disintegrasi kebutuhan masyarakat yang berujung pada rendahnya tingkat kesejahteraan.
Dengan adanya lembaga penyalur ini, kata dia, tentu akan diikuti dengan biaya transportasi dan logistik yang lebih murah sehingga harga-harga juga bisa diturunkan.
“Kami juga akan bermohon secara tertulis untuk dibangunkan lagi SPBU yang berbatasan dengan Kabupaten Poso dan Banggai,” katanya.
Hal senada disampaikan Bupati Mamasa, Ramlan Badawi. Kata dia, di Mamasa saat ini terdapat dua SPBU, satu APMS dan enam Pertashop. Sementara yang sedang dalam tahap pembangunan satu SPBU dan tiga Pertashop.
“Jika semua sudah berfungsi maka tingkat perekonomian masyarakat juga semakin meningkat. Pelaku UMKM juga semakin berdaya,” katanya.
Sebelumnya, kata dia, masyarakat di tujuh kecamatan yang ada di Mamasa, harus membeli BBM di Mamuju. Adapun SPBU yang ada di Polman, tidak mencukupi.
Sama dengan Bupati Touna, ia pun berharap kepada BPH Migas dan Pertamina, agar membangunkan lagi dua SPBU, yaitu perbatasan Toraja dan di perbatasan Mamuju.
“Kalau itu bisa diprioritaskan maka akan menjamin kebutuhan empat kecamatan yang berbatasan dengan Mamuju dan tiga kecamatan yang berbatasan dengan Toraja. Insya Allah ini bisa menjadi amal jariyah bagi bapak-bapak sekalian,” tandasnya.
Masih di lokasi peresmian, salah satu warga Desa Uekuli, Dian, mengaku bersyukur dengan adanya pembangunan SPBU di desanya.
Sebelumnya, kata dia, masyarakat harus membeli BBM eceran dalam botol dengan harga Rp13 ribu.
“Ada SPBU tapi itu di Desa Mawomba, Tojo Barat. Tapi dari segi jarak juga lumayan jauh, jadi dari pada kita ke sana lebih baik beli di botol saja. Jadi dengan ada SPBU di sini, kami sudah dekat dan harga juga sudah sama dengan harga normalnya,” pungkasnya. (RIFAY)