Sebagai manusia sering kali kita bermuamalah dan berurusan dengan sesama. Terkadang kita menjumpai seseorang yang mempermudah urusan kita, dan tentunya kita senang akan hal itu.
Tapi terkadang kita pun menjumpai seseorang yang mempersulit urusan kita padahal ururusan tersebut hakikatnya mudah, dan tentunya kita tidak senang diperlakukan demikian.
Oleh karena itu, ketika bermuamalah dengan orang lain maka permudahlah dan jangan persulit. Ini adalah akhlak Islam yang mulia -yang dengannya seorang muslim diharamkan neraka atasnya-.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kalian mempersulitnya, buatlah mereka tenang dan jangan membuat mereka lari.” (HR. Bukhari
Seperti arti dari sebuah doa yang kemungkinan banyak dan sering dilafalkan setiap muslim… “Allahumma yassir wala tu’assir” untuk meminta kepada Allah agar dimudahkan dan jangan dipersulit setiap urusan.
Begitu pula hendaknya setiap manusia bersikap dalam segala urusan, terutama yang berkaitan dengan sesama manusia.
Bila kita meminta kepada Tuhan agar setiap urusan dimudahkan, bukankah ada baiknya bila kita memulai dari diri sendiri untuk turut memudahkan urusan orang lain (terutama bila berkaitan dengan diri kita) bila memang kita bisa membantu? Ketimbang bersikap tak acuh atau bahkan yang lebih buruk adalah mempersulit urusannya dengan tidak mau membantu atau membantu tapi dengan berbagai embel-embel imbalan dan ucapan yang tidak menyenangkan untuk didengar.
Sebagai pribadi muslim memaknai hal itu dengan mencoba sebisa mungkin apa yang kita bisa. Apakah hal tersebut berkaitan dengan kita atau tidak. Bukan dalam maksud ikut campur yang berkonotasi negatif, tapi dalam bentuk kepedulian karena kita memang peduli.
Kalau memang tidak berkaitan dengan kita, maka menawarkan bantuan adalah hal yang juga perlu kita lakukan.
Memberikan atau menawarkan bantuan sebenarnya bukan hal yang sulit, mengingat efek positifnya bisa secara instant saya rasakan.
Adalah ketika apa yang kita lakukan bisa membantu mempercepat, meringankan, memudahkan urusan orang lain..rasanya sudah cukup senang. Kita bisa berkontribusi dalam siklus kehidupan yang lebih besar dari hanya urusan pribadi.
Selain itu, orang-orang akan bersikap lebih menyenangkan dan ketika nanti (pasti entah kapan) kita membutuhkan bantuan dari orang lain maka kita bisa mendapatkannya dengan mudah juga.
Bila ada orang mengambil jalan ‘mempersulit’urusan orang lain , maka mereka pun menyulitkan diri sendiri karena setiap orang yang merasa telah dipersulit akan bersikap enggan dan menutup diri dari mereka.
Lingkungan mereka terasa sempit, karena orang lain di sekitarnya menjaga jarak untuk sebisa mungkin tidak berurusan dengan mereka. Nama mereka pun dikenal dengan label sebagai ‘orang yang tidak menyenangkan dan lebih baik dihindari’. Kalau sudah begini, lalu dimana letak keindahan hidup? Bagaimana caranya menikmati hidup?
Yang jadi pertanyaan kini “bagaimana bila suatu hari (dan pasti akan terjadi) mereka membutuhkan bantuan dari orang lain?” Bukankah dunia ini juga memiliki hukum sebab-akibat, dimana segala sesuatu yang saya lakukan akan menjadi sebab atau akibat dari hal yang lainnya?
Maka itu kita selalu berusaha bertanya pada diri sendiri, tentang apa yang kita inginkan untuk bisa terjadi dalam kehidupan kita? Misalnya kita menginginkan kebaikan, maka kita harus menjadi baik lebih dulu.
Bila kita menginginkan kemudahan dalam setiap urusan, maka kita harus bisa dan mau mempermudah urusan orang lain lebih dulu. Bila kita menginginkan ketenangan, bukankah kita juga yang harus memulai untuk bisa tenang dan menenangkan?
Semoga kita semua bisa selalu menjadi orang yang memudahkan urusan orang lain. Sedikit atau banyak. Langsung atau tidak. Percayalah, yakinlah bahwa yang dilangit telah, sedang dan akan selalu melihat serta membalas segala perbuatan kita. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)