Perlunya Membangun Keluarga Tangguh untuk Menekan Angka Perceraian

oleh -
Wiwik Jumatul Rofi'ah

PALU – Hari keluarga tahun ini diperingati dengan penuh keprihatinan, dengan makin tingginya angka perceraian di Indonesia. Selain itu makin kompleksnya masalah dalam keluarga sebagai dampak dari pesatnya teknologi informasi serta masalah ekonomi.

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Hj Wiwik Jumatul Rofi’ah, S.Ag, MH, mengungkapkan tingginya angka perceraian dengan mengutip informasi dari Kementerian Agama, bahwa jumlah perceraian di Indonesia rata-rata mencapai seperempat dari dua juta jumlah peristiwa nikah dalam setahun.

“Di antara sekian latar belakang yang menjadi penyebab perceraian adalah masalah ekonomi. Pandemi yang belum mereda saat ini, bahkan kasusnya yang kian melonjak dan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan, dan angka kemiskinan ikut naik, dikhawatirkan secara tidak langsung, bisa menjadi penyebab kian meningkatnya angka perceraian,” kata Bunda Wiwik, sapaan akrabnya, Selasa (29/06).

BACA JUGA :  DPRD Sulteng Konsultasikan Raperda Tata Tertib

Olehnya, kata dia, perlu upaya-upaya untuk membangun keluarga tangguh, dalam rangka menekan dan meminimalisir angka perceraian. Keluarga tangguh, jelasnya, adalah keluarga yang tidak rapuh dan tidak mudah putus asa menghadapi segala masalah. Keluarga tangguh, lanjut dia, adalah keluarga yang dibangun atas dasar kesadaran bersama, dengan pondasi agama yang kuat.

“Olehnya itu dibutuhkan mental dan persiapan yang matang untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Modal agama, adalah yang paling penting, sebab dengan modal itulah, kita membangun keluarga yang tangguh, dan anak-anak yang sholeh serta berkarakter,” ujar Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPW PKS Sulteng itu.

BACA JUGA :  Kesiapan Panitia Konferkot ke IX AJI Palu Capai 90 Persen

Menurutnya, kemajuan teknologi, di satu sisi banyak membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dan aktivitasnya, namun di sisi yang lain tidak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan, termasuk kepada anak-anak. Banyaknya konten-konten negatif yang belum pantas bahkan tidak pantas untuk disaksikan oleh anak-anak, saat ini dengan mudahnya dapat diakses melalui gadget atau smartphone. Hal ini, menjadi tantangan yang tidak ringan bagi orangtua dalam membina keluarga dan anak-anaknya.

“Di tengah gempuran globalisasi, teknologi yang kian tidak ramah kepada generasi muda, kini keluarga memegang peranan penting, untuk mendidik dan melahirkan generasi bangsa yang berkualitas dan berkarakter, santun dan beretika. Melalui momen perayaan Hari Keluarga Nasional ini, kami mengajak kita semua untuk membangun keluarga tangguh untuk Indonesia yang Lebih baik,” pungkasnya. (**)