Perginya “Ustadz Matematika”

oleh -

Jumat kemarin terjadwal mengisi khutbah di Masjid Agung Baiturrahim Lolu. Jumat ba’da Ashar, beliau memenuhi jadwal menghadap sang Khalik.

Hari itu, ta’mir masjid sempat panik. Hingga jelang waktu azan, khatib belum tiba. Cek per cek, yang ditunggu terbaring di rumah sakit. Begitu tengok di shaf kedua, di antara jamaah hadir Abdullah Hehamahua. Penasihat KPK periode 2005-2013 yang kebetulan ke Palu untuk hajatan Munas KAHMI.

Seantero negeri ini pasti mengenal karakter tokoh Islam asal Ambon ini. Berintegritas dan berani bicara apa adanya.

Maka selamatlah rukun Jumat. Prestisius lagi. Walau didadak, khatib yang tampil bukanlah “ustad dadakan”.

Cerita ini saya peroleh ba’da Subuh ketika melayat ke rumah almarhum, khatib yang terjadwal tadi. Kami biasa menyapanya Ustadz Ahmar Homa. Sekian lama almarhum pernah aktif sebagai Imam Masjid Agung Baiturrahim (dulu, masjid Raya Lolu Palu).

BACA JUGA :  Ini Nomor Urut Empat Paslon Bupati dan Wakil Bupati Sigi

Ustadz Abdul Chair, rekan seangkatan almarhum di PGAN 6 Tahun menyebutnya “Ustad Matematika”.

Ciri khasnya seperti itu. Tak lengkap berdakwah bila tak diselingi kajian angka-angka dibalik mukjizat Al Quran.

Semula saya menduga ia orang Bugis. Sebelum hijrah kembali ke Palu, almarhum cukup lama membina mualaf dan membesarkan Alkhairaat di desa Tompi Bugis Kecamatan Kulawi Selatan.

Tahun 2006 – 2010 Alm. Habib S. Saggaf Aljufri menunjuknya sebagai Kepala MTs Alkhairaat Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Alkhairaat Dolo, menggantikan Almarahum Drs. Anwar Nurullah. Wajar jika abnaul khairaat mengenal dekat sosok bersahaja ini.

BACA JUGA :  Akademisi UIN: Dua Tahap Krusial Pencalonan Berpotensi Pelanggaran Administrasi

Dari sang isteri, saya baru tahu jika almarhum bukan orang Bugis. Lahir di Desa Kolono Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, sekitar 523.8 kilometer dari kota Palu.

Semasa sekolah ia tinggal di kelurahan Boyaoge.

Perkenalan awal dengan almarhum, justru dari pemberitaan di Koran MAL (Media Alkhairaat). Sebagai redaktur di media itu, saya kerap mengedit berita seputar sepak terjang perjuangan dakwah almarhum di Tompi Bugis. Ia bahkan ikut mengageni koran MAL di wilayah Kulawi dan sekitarnya.

Tanpa sengaja, 3 Maret 2018 kami dipertemukan di Desa Tomado, Kecamatan Lindu, Kulawi. Sekitar 100 km arah selatan Kota Palu. Untuk tujuan sama, dakwah.

Kami satu perahu bertolak menuju Olu. Desa baru hasil pemekaran Desa Kanawu, yang letaknya di seberang Danau Lindu.
Listrik di wilayah ini baru dinikmati akhir Desember 2019.

BACA JUGA :  Ketum PB: Milad ke-94 Alkhairaat, Momentum Menghadirkan Spirit Kepahlawanan Guru Tua

Sebelumnya, penerangan malam hari di lima desa Kecamatan Lindu yakni Puro’o, Langko, Tomado, Anca, dan Olu hanya menggunakan lentera. Signal HP, jangan ditanya lagi.

Di sana, saya menyaksikan betapa kedalaman ilmu agama almarhum. Sejak pelatihan di masjid hingga praktek kaifiat jenazah di rumah kepala Desa Olu, satu persatu permasalahan umat dikupas tuntas.

Sungguh berat perjalanan hidup dan perjuangan dakwahmu. Pantas, jika Allah memanggilmu di hari Jumat yang agung, Sayyidul Ayyam. Insya Allah husnul khatimah. */SOFYAN ARSYAD