Ada kematian biasa dan ada kematian tak biasa. Haji Hasunuddin atau akrab dipanggil Haji Welma masuk kategori yang kedua.

Tak mudah kehilangan guru, senior sekaligus teman yang berpulang. Ada banyak kenangan datang silih berganti, semua bergelayut dalam pikiran dan perasaan yang membuncah saat mendengar kabar Haji Hasanuddin meninggal Kamis siang tadi.

Kita sudah pada mafhum bahwa haji memang sudah di ambang uzur. Dua tahun belakangan ini, haji didera aneka macam sakit. Yang utama adalah sakit diabets yang membalut tubuhnya bertahun tahun.

Haji amat pandai menyembunyikan aneka sakitnya, sehingga dengan ditemani kursi roda, haji tak pernah absen taklim di setiap sambut magrib di Masjid Halimah di bawah pengasuh murabbi Ustadz Wildan.

Tapi semangat dan kerja dakwahnya tak disangsikan. Saban hari wara wiri Pelalo – Palu untuk memastikan pondok tahfidz qurannya tetap jalan atau saban bulan bertandang ke negeri asalnya Sinjai mengawal pondok pesantrennya yang baru berusia 3 tahun.

Ramadhan dua tahun lalu, haji memimpin i’tikaf bersama sejumlah pengurus Dewan Dakwah Kota Palu di Masjid Halimah Sadiyah yang dia bangun. Usai itu kesehatannya mulai menurun.

Pada Ramadhan kemarin, haji beserta keluarga sempat menjalani ibadah umrah. Haji sempat lebaran di tanah haram.

Sebulan lalu saya tak bicara sakit bersamanya, ia tetap bersemangat merancang perbaikan kubah masjid yang bocor, menjadwal perjalanan dakwahnya dari Palu Sulawesi Tengah hingga Sinjai Sulawesi Selatan. Dia menyatakan sudah berdamai dengan segala bentuk kematian.

Bagi saya, Haji Hasanuddin adalah generator dakwah. Dia selalu memosisikan diri di belakang layar. Tak mau tampil di depan dalam mengemban peran keummatan. Dia amat senang mengawal dakwah kerja diam dan pengucuran dana yang tak terbilang. Menjadi tempat perteduhan bagi siapa saja yang lelah dalam berdakwah.

Di Sinjai kini haji terbujur dalam balutan yang bersih. Ratusan bahkan ribuan orang melayat, menziarahi lewat bathin masing masing.

Begitulah Haji Hasanuddin yang kita kenal. Seluruh hidupnya dinisbahkan untuk dakwah, laki-laki Bugis yang amat baik yang pernah saya kenal. Allahummagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. DARLIS MUHAMMAD