POSO – Kelompok perempuan Desa Bariri, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso berkumpul membahas rencana bisnis untuk mengembangkan kerajinan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Kegiatan tersebut difasilitasi Konsorsium ROA-YPAL atas dukungan Non Timber Forest Programme (NTFP) Indonesia dalam program Green Livelihood Alliance (GLA).
“Kami ingin kelompok usaha perempuan yang sudah ada dapat lebih bisa berbuat, utamanya dapat menjalankan usaha kerajinan berupa anyaman rotan dan beberapa kerajinan lainnya,” ujar perwakilan kelompok perempuan Desa Bariri, Anggun, Selasa (18/10)
Ia menyadari masih banyak kelemahan dalam menjalankan usaha. Tetapi untuk menjadi kelompok usaha yang baik, kata dia, maka harus belajar bagaimana cara mengelolanya, walaupun pelan-pelan mengikuti proses yang sedang berjalan.
Jika dilihat dari potensi pasar, kata dia, beberapa produk yang dihasilkan juga memiliki potensi ke depan, hanya saja belum bisa meraih pasar tersebut.
“Kami berharap dengan pendampingan perencanaan bisnis ini diharapkan kelompok mampu menerapkannya sehingga bisa memberikan kesempatan dan peluang dalam memperoleh pendapatan tambahan dan pasar yang lebih luas untuk mendukung produk-produk yang ramah lingkungan,” harapnya.
Gibran, salah satu pengrajin di kelompok, mengakui, dibutuhkan perencanaan usaha. Jika hanya memproduksi saja, kata dia, maka tidak diketahui produk mana yang menguntungkan, atau justru sebaliknya.
“Kami memang bisa bikin banyak produk tapi kalau tidak ada pasar dan tidak tahu mau dipasarkan ke mana tentu akan membuat kami kesulitan juga, karena produk-produk ini masih juga mencari-cari peluang yang baik untuk bisa selalu dikenal orang,” ungkapnya. *