PALU – Perwakilan Kementerian Agama Provinsi Sulteng Makmur Muh Arief, mengatakan, peran perempuan dalam semangat moderasi beragama sangat penting dan beragam. Di banyak masyarakat, perempuan sering kali menjadi tulang punggung keluarga dan komunitas, sehingga mereka memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk nilai-nilai dan sikap terhadap agama.

“Ada beberapa peran kunci yang bisa dimainkan perempuan dalam mempromosikan spirit moderasi beragama seperti, pendidikan, kepemimpinan komunitas, aktivisme sosial kelompok majelis ilmu, media dan komunikasi, serta pengembangan kebijakan,” kata Makmur saat menjadi pembicara dalam dialog publik dalam Mukernas ke III Banaat Alkhairaat di Swiss Bell Hotel Palu, Jumat (19/4).

Dia menerangkan, perempuan dapat memainkan peran penting dalam mendidik generasi muda, tentang pentingnya toleransi, penghargaan terhadap keberagaman, dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama mereka.

“Mereka bisa menjadi guru, mentor, atau bahkan orang tua yang memberikan contoh yang baik,” ujar Makmur Muh Arief.

Ia mengatakan, perempuan dapat menjadi pemimpin dalam komunitas agama mereka dan memperjuangkan nilai-nilai moderasi. Mereka bisa menjadi tokoh-tokoh yang mempromosikan dialog antar-agama, kerja sama lintas agama, dan penolakan terhadap ekstremisme.

Menurutnya, banyak perempuan yang aktif dalam aktivisme sosial dan politik, menggunakan platform mereka untuk memperjuangkan kesetaraan, keadilan, dan perdamaian antar-agama. Mereka dapat mengorganisir acara, demonstrasi, atau kampanye untuk mendukung pesan moderasi.

“Di banyak komunitas agama, perempuan memiliki peran yang signifikan dalam kelompok doa dan kegiatan keagamaan lainnya. Dengan menjadi pemimpin atau anggota aktif dalam kegiatan tersebut, mereka dapat memperkuat pesan-pesan moderasi dan toleransi.

Perempuan memiliki peran yang semakin penting dalam media dan komunikasi. Mereka dapat menggunakan platform media sosial, blog, atau media lainnya untuk menyebarkan pesan moderasi, mengatasi stereotip, dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik antara agama-agama,” ungkapnya.

Sementara, dalam konteks pemerintahan dan organisasi agama, perempuan dapat terlibat dalam pembuatan kebijakan yang mempromosikan moderasi beragama, termasuk kebijakan tentang dialog antar-agama, pendidikan agama yang inklusif, dan perlindungan hak asasi manusia untuk semua.

“Perempuan memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perubahan positif dalam semangat moderasi beragama, baik di tingkat individu, keluarga, komunitas, maupun global. Penting untuk memberdayakan perempuan dan memberikan mereka ruang untuk berkontribusi secara penuh dalam upaya mempromosikan perdamaian dan toleransi,” ujar Makmur Muh Arief menutup pembicaraanya.

Reporter: IRMA
Editor: NANANG