PALU – Akademisi Ekonomi Universitas Tadulako (Untad) Dr. Eko Jokolelono menyatakan penurunan harga sawit, kopra, karet dan cengkeh di pasar nasional dan internasional beberapa waktu terakhir, akan menciptakan penganguran dan memicu peningkatan jumlah orang miskin.
Kata dia, komoditas sawit dan karet dimiliki oleh perusahaan dan petani, sementara komoditas cengkeh dan kopra hanya dimiliki masyarakat.
“Komoditas yang dimiliki petani dan perusahaan, dilihat dari aspek tenaga kerja, tentunya mereka memiliki keluarga yang perlu dihidupi,” kata Eko di Palu, Rabu (19/12) malam.
Dengan adanya penurunan harga, kata Dosen Fakultas Ekonomi itu, dalam jangka panjang pendapatan perusahaan akan menurun, yang pastinya akan memberikan pengaruh terhadap daya beli kepada petani.
“Kalau harga beli turun, tentu pendapatan petani juga turun,” ujarnya.
Sementara di waktu bersamaan kata dia, biaya operasional panen yang dilakukan petani semakin tinggi yang tidak seimbang dengan pendapatan yang mereka peroleh.
“Petani tidak akan memetik buah dari komoditas mereka, tidak ada pendapatan serta memungkinkan terjadinya pengangguran,” jelas Eko.
Selanjutnya, para petani memiliki keluarga dengan anak-anak yang sedang menempuh pendidikan, yang bisa memungkinkan terputus.
“Jadi pengangguran dan putus pendidikan itu dapat memicu peningkatan jumlah orang miskin baru,” katanya.
Turunnya harga kata Eko, kemungkinan diakibatkan mafia perdagangan atau kampanye hitam yang susah ditebak, yang juga disertai kajian ilmiah.
“Kalau itu terjadi, maka negara akan mengalami penurunan penerimaan. Sebab, Sawit Indonesia nomor satu didunia, dengan pasar terbesar di Eropa dan Amerika,” jelasnya.
Selain itu kata Eko, penurunan harga terhadap beberapa komoditas berpotensi meningkatkan pengangguran dan menambah kemiskinan baru dan akan menjadi beban pemerintah.
Penurunan harga akan berdampak kepada Provinsi Sulteng diantaranya, Kabupaten Buol, Morowali, Morowali Utara, Poso, Tolitoli, Banggai.
Untuk komoditas kopra dengan kepemilikan yang dikuasai petani, jika mengalami penurunan harga, besar kemungkinan diambil sebagai sebagai persediaan untuk disimpan oleh perusahaan yang bertindak sebagai konsumen.
Karena kata dia, ketersediaan penyimpanan dan proses panen berikutnya jauh lebih cepat proses produksi. (IKRAM)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.