OLEH : HS Saggaf Bin Muhammad Aldjufri*
Bukan hal yang mudah untuk menjadi seseorang yang jujur terutamanya di dunia yang tampaknya begitu abu-abu ini. Segala sesuatu menjadi begitu buram sehingga kebaikan dan keburukan-kebenaran dan kesalahan bercampur baur. Maka sudah saatnya mendekatkan diri kepada pemilik kebenaran sejati Yakni Allah Swt
Jujur dari kata yang amat sederhana, dan memiliki arti yang sederhana pula, yaitu “ mengakui, berkata atau memberikan suatu pernyataan/informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran”. Kejujuran juga harus dilakukan atau di praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jujur merupakan sikap yang ada pada diri manusia. Akan tetapi kebanyakan manusia sulit menerapkan sikap jujur pada dirinya. Saat ini jarang sekali orang yang benar-benar jujur. Sikap jujur harus ditanamkan pada diri sendiri, dan harus mulai diterapkan pada usia dini. Menerapkan sikap jujur pada anak di usia dini sangatlah penting, karena dengan menerapkan kejujuran pada anak, akan membiasakan anak untuk berkata dan bersikap jujur.
Sikap jujur atau amanah merupakan salah satu sikap yang ada dan dimiliki nabi Muhammad SAW, seperti sabdanya: “Hendak lah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntun mu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan, sesantiasa seseorang berlaku jujur dan se la lu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT seba gai orang yang jujur. Dan, hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan, seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah Swt. Sebagai pendusta.” (HR Muslim).
Saat ini begitu mudahnya orang berbohong, tanpa merasa bahwa akan ada konsekuensi tidak baik dari kebohongan yang dilakukannya. Jika membaca berita, tidak sedikit kita temukan hal-hal yang bisa membuat bingung. Kedua belah pihak yang sedang berselisih misalnya dengan mudahnya bersumpah bahwa ia jujur. Padahal pasti salah satu pihak berbohong. Atau dalam hal kasus korupsi yang tidak pernah selesai di negara kita, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai kejujuran semakin menipis di tengah masyarakat.
Dalam kehidupan keseharian kita hal ini juga sering terjadi meskipun dalam hal-hal yang kelihatannya sepele. Ada begitu banyak orang yang tidak menepati lagi janjinya, dan mengingkari amanah yang diberikan kepadanya.
Padahal jika kita merenungkan, perilaku jujur sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan adalah tetap dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.
Di antara keberkahan sikap jujur ini akan memudahkan kita mendapatkan berbagai jalan keluar dan kelapangan. Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119. Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut. Suatu perintah yang sangat indah. Yang tentu saja akan membuat kita selalu dalam kebaikan. Sungguh , kejujuran adalah suatu akan berbuah dengan berbagai kebaikan. Maka berlaku jujurlah dalam hidup ini. Wallahul Mustaan.
*Penulis adalah Ketua Utama Pengurus besar (PB) Alkhairaat