Pengunjung Perpustakaan Daerah Bangkep Mencapai 9600 Tahun 2022

oleh -
Anak-anak membaca di Ruang Baca Anak Perpustakaan Daerah Bangkep (FOTO: media.alkhairaat.id/Iker)

BANGKEP – Indeks literasi di Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep) mencapai 71% . Capaian tersebut berdasarkan indikator dari sarana prasana yang memadai, jumlah pengunjung setiap bulan dan tahun, serta jumlah peminjam buku, jumlah SDM, dan penganggaran.

Berdasarkan data Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Bangkep, jumlah pengunjung di tahun 2022 hampir menyentuh angka 10 ribu. Tercatat 9690 jumlah pengunjung, dengan lonjakan pada bulan September hingga November.

“Pengunjung itu meningkat di bulan September, Oktober, dan November karena itu hari kunjung perpustakaan. Semua PNS wajib berkunjung ke perpus. Itu program dan penetapan daerah, kebijakan Bupati dari periode lalu. Selain itu ada gerakan menghimpun buku, setiap ASN, menyumbang buku dan semakin meningkat setiap tahun, dengan judul atau klasifikasi buku bebas,” terang Ramlin M. Hamid, Kepala Dispusip Bangkep, Selasa (16/05).

Kata dia, kenaikan jumlah pengunjung juga berimbas pada jumlah peminjam buku. Tahun 2021, total pengunjung perpustakaan berjumlah 5196, dengan data peminjam 841. Tahun 2022, data peminjam buku berjumlah 1503. Sedangkan tahun ini, hingga April 2023, sudah mencapai 457 peminjam, dengan jumlah pengunjung 2312.

Sementara untuk buku terpinjam, pertama, klas buku 800 paling diminati, yaitu buku Fiksi, dan kedua klas 700, buku komik atau bacaan anak.

Untuk buku fiksi, 631 buku terpinjam, dan total terpinjam untuk semua klasifikasi buku 1262 (2021). Bertambah sekitar 200 buku terpinjam, masih klas Fiksi, tahun 2022 buku terpinjam tahun 2022 ada di angka 1944.

“Untuk 3 bulan tahun 2023, Januari sampai April, buku-buku fiksi juga masih yang paling banyak dipinjam, berjumlah 358. Dari tahun ke tahun, buku-buku fiksi dan kesusasteraan paling banyak diminati. Yang kedua itu klasifikasi buku bacaan anak, termasuk komik. Yang paling rendah dipinjam itu buku-buku dengan klas 400, 000, dan untuk tahun 2023 hingga April, klas 900 paling sedikit,” jelasnya.

Pengadaan buku terutama buku dengan klasifikasi buku yang paling laris, selain berdasarkan penginputan dan rekomendasi dari pustakawan, buku-buku tersebut berasal dari saran pengunjung.

“Kita punya kotak saran. Kalau pengunjung mencari buku dan tidak ada, mereka biasanya memasukkan judul buku tersebut ke kotak saran. Berikutnya kami akan pengadaan,” ujarnya.

Saat ini, Perpustakaan Daerah Bangkep memiliki akreditasi B, dan tengah memaksimalkan 10 layanan yakni Layanan Anak, Layanan Pocadi (Pojok Baca Digital), Layanan Sirkulasi, Layanan Pembelajaran bahasa, Layanan BKB (Bina Keluarga Balita) Literasi, TIK, daan layanan lainnya. 

“Untuk berbagai layanan dan program di Dispusip ini, kita sudah bekerja sama dengan beberapa komunitas di Bangkep, seperti Sekolah Rakyat, Forum Taman Bacaan Masyarakat atau FTBM, Komunitas Paulipu (komunitas film), komunitas lainnya, sertaa perpustakaan desa. Bentuk kerja samanya, kita saling bantu, seperti pengadaan buku bacaan, atau sekadar buku tulis dan peminjaman,” kata Ramlin.

Dari berbagai bentuk kolaborasi dan program yang dilakukan oleh Dispusip, Ramlin mengaku bahwa program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), yaitu program yang membutuhkan usaha yang ekstra, baik dana, pun tenaga.

Namun, kata dia, selama 3 tahun melaksanakan program TPBIS yang merupakan program nasional, dengan melibatkan 10 perpustakaan desa binaan Dispusip, ia merasa insentif pengelola perpustakaan masih kurang.

“Itu yang menjadi beban bagi saya selaku kepala dinas. Bagaimana untuk meringankan pengelola perpustakaan di desa yang aktif tapi insentifnya sangat kurang. Insentif mereka diberikan tiap bulan dari dana desa, cuma memang masih kurang. Tapi dua tahun terakhir sudah ditingkatkan. Kami juga berikan waktu, tidak usah setiap hari. Karena kita juga di desa, setidaknya satu minggu itu tiga kali,” katanya.

10 perpustakaan desa tersebut yakni Perpustakaan Madani Desa Alakasing, Perpustakaan Telinting, Desa Sambiut, Perpustakaan Boyom Desa Boyom Moute, Perpustakaan Babuku Desa Tunggaling, Perpustakaan Muntunggolian Desa Mansamat, Perpustakaan Cahaya Ilmu Desa Bolonan, dan lainnya.

“Perpustakaan Desa Madani ini dua tahun berturut-turut juara 1 tingkat nasional. Indikator penilaiannya dari sistem informasi manajemen, yang masih memiliki banyak indikator lagi. Kalau  perpus di Desa Tunggaling ini, yang terpencil itu, tapi dia melaksanakan kegiatan TPBS ini,” ujarnya.

Perpustakaan-perpustakaan desa tersebut bukan hanya melakukan pelayanan peminjaman buku, tapi juga mereka berkegiatan dan pelibatan masyarakat, yang merupakan kelebihan dari program transformasi pelibatan masyarakat berbasis inklusi sosial.

Kegiatan yang paling banyak dilakukan misalnya pendidikan, peningkatan ekonomi, peningkatan kesehatan, peningkatan kebudayaan, pariwisataa, lingkungan hidup dan TIK.

“Kegiatan tersebut digenjot dari nasional. Tetapi di Bangkep belum bisa dilasanakan seluruhnya. Hanya banyak pelibatan masyarakat di desa-desa itu, seperti pertanian, kemudian keterampilan untuk peningkatan ekonomi, sedangkan untuk peningkatan pendidikan, itu lebih banyak ke literasi digital,” lanjut Ramlin.

Tahun 2023 ini, sembari meningkatkan kualitas bacaan dengan pengadaan buku yang berbobot, Ramlin berharap setiap tahun perpustakaan bisa menerbitkan buku.

Dispusip akan memberikan honor bagi penulis, dan perjanjian penerbitan yang menguntungkan penulis, serta upaya promosi buku.

“Oleh karena itu, harapannya penulis-penulis dari komunitas-komunitas bisa mendekati Dinas Perpustakaan supaya bisa menerbitkan buku. Saya sendiri tidak mampu menulis, jadi saya mengajak para penulis, utamanya tulisan-tulisan kearifan lokal. Karena dari segi koleksi, kearifan lokal itu yang kurang,” tandas Ramlin menutup sesi bincang-bincang dengan awak media ini dalam rangka hari ulang tahun perpustakaan dan hari buku nasional.

Reporter : Iker
Editor : Rifay