OLEH: Sonny Lahati. S.Pi.,M.Si.*
Terkadang masyarakat yang mengkonsumsi yogurt kemasan atau yakult dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh, dan memang minuman yakult terdapat bakteri yang baik untuk kesehatan pencernaan manusia, daya tahan tubuh, hitung-hitung untuk menambah imun seseorang. Selain itu, rasanya juga enak saat di konsumsi.
Minuman yogurt ataupun yakult dikategorikan salah satu probiotik untuk manusia. Begitu juga dengan dalam konteks budidaya ikan, probiotik di gunakan untuk proses keberlangsungan kesehatan pencernaan ikan, karena bakteri yang terdapat dalam kemasan probiotik misalnya merek EM-4 mengandung bakteri yang bermanfaat. Selain itu bakteri tersebut berguna untuk proses nitrifikasi di perairan kolam.
Banyak hal manfaat dari probiotik untuk menambah kualitas air kolam budidya, dekompisisi amania dan sisa pakan, harapannya juga meningkatkan respon imun terhadap penyakit, meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang di budidaya.
PENGGUNAAN PROBIOTIK
Probiotik adalah suplementasi sel mikroba utuh (tidak harus hidup) atau komponen sel mikroba pada pakan atau lingkungan hidupnya yang menguntungkan bagi inangnya (Irianto, 2003). Prinsip dasar kerja probiotik adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan.
Probitik adalah suplementasi sel mikroba utuh atau komponen sel mikroba pada pakan atau lingkungan hidupnya atau yang menguntungkan bagi inangnya, (Irianto,200). Penggunaan probiotik secara berlebihan juga dapat meningkatkan mortalitas atau tingkat kematian pada ikan budidaya.
Teknis penggunaan probiotik tergantung dari beberapa hal, baik dari cakupan luas kolam, proses pencampuran dengan pakan tambahan ataupun penyesuaian dengan situasi lingkungan kolam budidaya. Secara teoritis penggunaan probiotik kemasan antara 10 – 15 ml/l. Kebanyakan produk probitik mengandung bakteri Baccilus pumilus, Bacillus mycoides ataupun Lactobaccilus, Nitrosomonas maupun Nitrobacter.
Selain itu ada juga kandungan produk probiotik yang terdapat bakteri Pseudomonas alcaligenes maupun Micrococus roseus yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik yang terlarut dan berasal dari sisa pakan yang mengendap maupun sisa metabolit misalnya sisa kotoran ikan atau fases.
Penguraian bahan organik memiliki fungsi untuk mengurangi kandungan ammonia, nitrit maupun gas hidrogen sulfida yang berbau tidak sedap pada kolam. Hal ini menjadi proses ikan budidaya tidak mudah terserang penyakit.
Bakteri yang terdapat dalam probiotik menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase dan selulose. Enzim-enzim tersebut akan membantu menghidrolisis nutrien pakan yang tersimpan (molekul kompleks), seperti karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga mempermudah proses pencernaan dan penyerapan pakan dalam saluran pencernaan ikan. Misalnya bakteri Lactobaccilus sp menghasilkan asam laktat, bakteri ini terkadang sampai 90 % dalam produk kemasan probitik.
Bakteri asam laktat banyak di gunakan sebagai probiotik untuk menjaga keseimbangan mikrobiota saluran cerna, bakteri asam laktat dapat menghasilkan amilase.
Pada lambung ikan herbivora terdapat enzim enzim amilase, pada lambung ikan karnivora terdapat enzim protease. Sedangkan pada lambung ikan omnivora terdapat gabungan antar kedua jenis yaitu protease dan amilase.
Tipe sistem budidaya perairan
Ada beberapa tipe sistem budidaya yang di lakukan masyarakat baik dalam budidaya air tawar maupun air laut. Penggunaan probiotik dalam budidaya perairan yang cukup viral yakni budidaya ikan nila maupun ikan lele, tentunya juga jenis ikan lainnya seperti ikan mas dan lainnya. Tak terkecuali dalam budidaya udang di tambak.
Dalam proses input budidaya biasanya petani budidaya maupun pembudidaya udang menggambungkan antara probiotik dengan bioflok. Dan hal ini telah banyak dilakukan penelitian. Teknologi bioflok merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi limbah budidaya. Selain itu dapat memberikan keuntungan lebih dengan menyedaiakan pakan tambahan bagi udang sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan (De Schryver, 2008).
Yang lagi viral saat ini pola teknologi bioflok yakni budidaya ikan nila maupun ikan lele. Adapun bahan pembuatan bioflok yakni 1).Garam krosok (non yodium)sebanyak 1 kg per meter kubik, 2). Kapur dolomit (kapur pertanian) 50 gram per meter kubik, 3).Molase sebanyak 100 ml/m3. Kalau tak ada molase bisa menggunakan gula pasir sebanyak 50 gram per meter kubik ataupun gula merah. 4). Probiotik. Bahan-bahan ini dimasukkan dalam wadah budidaya yang sudah terisi air air secukupnya setelah itu didiamkan selama 4-7 hari. Meskipun telah di berikan bioflok dan probiotik, budidaya juga tetap memberikan pakan tambahan atau pelet.
Pelet diberikan 3 % dari berat total dari ikan budidaya, pelet diberikan pada saat pagi hari dan sore hari. Pelet diberikan tidak pada malam hari ataupun saat turun hujan. Dalam kolam tertutup( jarang pergantian air) sistem bioflok menggunakan aerasi yang seimbang dengan kepadatan dan luasan kolam budidaya. Dalam merawat kolam budidaya layak di kontrol kadar pengendapan dengan menggunakan tabung imhof yang berbentuk kerucut atau bisa saja menggunakan botol air mineral yang mengerucut. Ambil air kolam budidaya sebanyak 1 liter diendapkan, jika melebihi 50 ml maka pelet di hentikan sementara penggunaannya. Dan jika sangat keruh air maka layak untuk di keluarkan lewat saluran pembuangan. Dan diisi kembali air kolam budidaya.
Hasil budidaya selama 4 bulan biasanya berat ikan sudah 200-250 gram ( sekilo 5 ekor).
Penutup
Probiotik penggunaan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam budidaya perairan, akan tetapi masih ada berbagai keluhan atau tantangan dalam proses budidaya, misalnya kematian ikan/biota saat akan di tebar, kematian ikan proses pembesaran, apalgi saat setelah hujan, biasanya ikan ada yang mati. Sehingga para pembudidaya tetap mengontrol pH air, kondisi oksigen maupun apa penyebab kematian ikan, apakah ikan berjamur atau ikan ciri lainnya.
*Penulis adalah Peneliti Institut Studi Informasi dan Komunikasi publik, Dosen Fakultas Perikanan, Unisa Palu