PALU- Dalam konteks stabilitas keamanan pemilu kini terlaksana dengan tertib dan aman, dibandingkan dengan pemilihan umum (pemilu) sebelumnya sempat merenggut nyawa puluhan petugas KPPS.
Olehnya hal tersebut patut diapresiasi bagi pihak keamanan dapat menciptakan suasana kondusif. Namun demikian, masih terdapat info dugaan kecurangan di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS), seperti adanya kertas suara sudah tercoblos .
Penetapan Presiden terpilih masih sementara berproses, meskipun hasil quick count menunjukkan persentase hasil suara tertinggi 02 tapi hitungan sementara dan belum bisa menjadi rujukan untuk pemenang suara, karena resminya adalah real count di tetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Olehnya salahsatu Pengamat Politik dan kebijakan Publik Untad, Prof Dr. Slamet Riadi Cante,MSi mengatakan, publik sebaiknya tetap bersabar menunggu hasil akhir KPU dan tidak terpengaruh dengan hasil quick count.
Menurut Pengurus Pusat AIPI (Assosiasi Ilmu Politik Indonesia) tersebut, patut dipahami bahwa proses penetapan presiden sah harus memilki suara 50 persen plus 1 dan meraih kemenangan/unggul suara di 20 provinsi.
Ia berharap, presiden terpilih agar lebih perhatian terhadap kesejahteraan rakyat, prinsip keadilan dan kesetaraan dalam berbagai aspek harus menjadi perhatian utama. Memberikan hukuman dapat membuat efek jera bagi para koruptor, serta senantiasa menjaga proses politik demokratis.
“Bawaslu harus tegak lurus dalam menyikapi dugaan pelanggaran Terstruktur Sistematis dan Masif (TSM) terkait pelaksanaan pemilu guna mewujudkan pemilu ber integritas,” pungkas Dewan Pakar Pengurus Pusat IAPA ( Indonesia Assosian For Public Administration) Jumat (16/2).
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG