PALU- Pemilihan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) tinggal beberapa bulan, beberapa figur telah memberikan pernyataan kesiapan untuk maju berkonstentasi pada pemilihan gubernur Periode tahun 2025 – 2030, bahkan telah mengklaim pasangan calon diusung secara bersama.
Pengamat Politik dan kebijakan Publik Universitas Tadulako (Untad) Palu Prof Dr. Slamet Riadi Cante,MSi menuturkan, fenomena tersebut patut diapresiasi bahwa atmosfir dan ruang demokrasi semakin terbuka di Bumi Tadulako.
Namun demikian menurut Dewan Pakar Pengurus Pusat IAPA ( Indonesia Assosian For Public Administration ) mengatakan, realitas politik menunjukkan bahwa pasangan bakal cagub dan cawagub cenderung masih mengalami polarisasi dan dinamika politik .
“Sebab, dalam politik tidak ada yang abadi, yang abadi adalah kepentingan,” kata Pengurus pusat AIPI ( Assosiasi Ilmu Politik Indonesia ).
Ia menjelaskan, tingkat elektoral bakal calon dan kesiapan partai pengusung adalah sesuatu yang penting untuk menjadi pertimbangan. Selain itu, tak kalah penting adalah kemampuan finansial modal politik patut menjadi perhatian utama khususnya dalam merespon semakin kentalnya Politik Transaksional.
“Pertimbangan geopolitik pasangan calon dapat menjadi salah satu argumentasi untuk memilih pasangan calon, sebagai upaya mengantisipasi fanatisme kedaerahan dan wilayah terhadap konstituen,” tutur Guru besar Kebijakan Publik FISIP Untad.
Dewan Pakar DPP IAPA( Indonesia Asosiacian For Public Administration ) menyebutkan, salah satu tantangan perlu menjadi perhatian oleh para bakal calon adalah masalah kemiskinan,pengangguran dan penguatan sektor pertanian dan perkebunan serta kesiapan sebagai salah satu daerah penyangga terhadap Ibu Kota Negara (IKN).
Dalam pemilihan kepada darah Sulawesi Tengah November 2024 mendatang beberapa nama sudah mencuat diantaranya Rusdy Mastura, Anwar Hafid, Ahmad Ali , Hidayat Lamakarate.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG