PALU – Pengamat Teroris Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, Lukman Thahir, menyebut ISIS masih menjadi suatu ancaman yang nyata hingga kini di seluruh wilayah nusantara Indonesia.
Respon itu diungkapkannya pasca penangkapan terhadap 22 orang, yang terduga terlibat sebagai simpatisan ISIS serta gerakan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
“Sel-sel ISIS ini meskipun sudah kehilangan induknya tapi masih masif melakukan gerakan-gerakan, dan justru inilah yang semakin berbahaya karena bisa-bisa dampaknya akan jauh lebih buruk lagi,” kata Lukman.
Ia menjelaskan, hilangnya pimpinan utama dari kelompok-kelompok kecil yang berafiliasi terhadap ISIS akan menjadi lebih berbahaya, karena pergerakan yang dilakukan kelompok-kelompok tersebut tidak lagi dapat terprediksi secara tepat.
Terlebih keberadaan kelompok-kelompok tersebut lebih dari satu, serta tidak lagi bergerak satu arah. Melainkan akan secara membabi buta, sehingga memungkinkan akan menyasar pada area-area publik.
“Secara harfiah memang ISIS itu tidak ada tapi sel-selnya masih sangat banyak, tambah lagi paham ISIS itu lebih condong memanfaatkan seluruh instrumen dalam aksinya termasuk melibatkan perempuan, berbeda jauh dengan gerakan Al-Qaeda,” jelasnya.
Ia juga turut mendesak pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng, untuk memberi penjelasan secara lugas terhadap masyarakat tentang keterlibatan 22 orang yang belum lama ini ditangkap karena diduga sebagai simpatisan ISIS.
“Jangan sampai di tengah masyarakat berkembang desas-desus yang lain, tapi saya kira pihak Aparat seperti Densus pasti sudah punya data yang tepat dan terukur untuk mengamankan 22 orang itu,” tutur mantan Sekretaris Jendral Pengurus Besar (PB) Alkhairaat itu.
Ia menambahkan, turut prihatin atas peristiwa itu karena terjadi dalam kondisi Kabupaten Poso secara khusus, maupun secara umum di wilayah Sulteng situasinya sudah kian kondusif.
Kata Lukman, terlebih ketika ratusan aparat mulai ditarik kembali ke kesatuan asalnya, dari Satuan Tugas Madago Raya yang melakukan perburuan dua kelompok MIT di pegunungan Poso.
Reporter: Izfaldi