PALU- Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura Palu mengaku mengalami penurunan pendapatan yang drastis pascabencana alam yang melanda Kota Palu dan sekitarnya, 28 September 2018 lalu.

Sebelum bencana, pendapatan rumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemkot) Palu tersebut, rata-rata mencapai Rp10 miliar per bulan. Namun setelah bencana, tepatnya untuk bulan Oktober 2018, total pendapatan yang diperoleh hanya sebesar Rp100 juta.

Hal ini dipengaruhi rusaknya sejumlah fasilitas rumah sakit, sehingga tidak bisa memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat. Bencana alam lalu telah  menghancurkan sejumlah gedung di Anutapura, seperti ruang Anutapura Medical Center (AMC) yang sudah tidak bisa digunakan lagi saat ini.

Wakil Direktur (Wadir) Umum dan Keuangan RSUD Anutapura, Fathi Zubaidi di ruang kerjanya, Jumat (07/12), mengatakan, jumlah tempat tidur pasien yang sebelumnya sebanyak 550 unit, sekarang tidak sampai lagi 200 unit.

“Dengan begitu, secara otomatis jumlah pasien menurun. In come rumah sakit itu berdasarkan jumlah pasien yang masuk. Jadi kalau jumlah pasien sedikit, maka pendapatn  juga akan seperti itu,” sebutnya.

Dia menambahkan, pada tahun 2017 lalu, pihaknya menargetkan pendapatan sebesar Rp130 miliar, dan itu tercapai.

“Untuk tahun 2018 ini sesungguhnya bisa mencapai itu, bahkan lebih. Namun dengan kejadian bencana ini, membuat pendapatan Anutapura turun drastic. Kami hanya opitimis mendapatkan Rp65 miliar,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, penurunan pendapatan itu menjadi salah satu faktor yang memungkinkan adanya pengurangan Pegawai Harian Lepas (PHL). Sebab, kata dia, rata-rata setiap bulannya, pihak rumah sakit mengeluarkan biaya untuk membayar honor PHL sebesar Rp600 juta.

“Sementara kita hanya mampu mendapat penghasilan sebesar Rp100 juta karena honor mereka (PHL) juga itu diperoleh dari BLUD yang bersumber dari penghasilan rumah sakit,” kata Fathi.

Dengan kondisi saat ini pihaknya akan melakukan pengurangan PHL hingga 50 persen.

“Kita punya tenaga kontrak sebanyak 823 orang. Kalau bertahan dengan jumlah itu, kita mau bayar pakai dana darimana. Selain itu biaya operasional rumah sakit, seperti listrik, obat-obatan dan sebagainya, pada bulan Oktober lalu kita bayar sebesar Rp1 miliar lebih,” ungkapnya.

Namun, kata dia, dalam upaya peningkatan pelayanan ke depan, maka para PHL yang terpaksa dirumahkan itu akan ditarik kembali secara bertahap.

“Karena mereka adalah aset dari Rumah Sakit Anutapura dan beberapa di antaranya sudah mengikuti pendidikan tehnis,” bebernya.

Terkait dengan jumlah korban saat bencana alam lalu, terdapat tujuh pegawai Anutapura yang meninggal dunia, dari kalangan PNS, PHL maupun perawat. Mereka meninggal di sejumlah tempat, bukan hanya di area rumah sakit.

“Kalau pada saat peristiwa bencana itu, jumlah korban yang terjebak di reruntuhan gedung sebanyak tiga orang, masing-masing dua PHL dan seorang PNS. Jumlah itu sudah berdasarkan hasil evakuasi akhir,” tutupnya.

Dia berharap, pada tahun 2019 mendatang Anutapura bisa terus berbenah dan kembali bangkit melakukan pelayanan kesehatan secara maksimal. (HAMID)