Pemuka Agama Buddha: Guru Tua Patut Menyandang Pahlawan Nasional

oleh -
Wijaya Chandra

PALU – Pengurus Daerah Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi), Sulawesi Tengah, Wijaya Chandra mengatakan, atas kepahlawanan Habib Sayyid Idrus Bin Salim atau dikenal dengan panggilan guru tua, bukan hanya ajaran agama Islam tetapi pendidikan disebarkan ke wilayah Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah. Guru Tua menjadi sebuah simbol kebangkitan spritual bagi masyarakat luas dan menjadi wacana positif dalam kebersamaan bagi umat beragama.

“Saat Guru Tua menyebarkan ajaran agama Islam yang sangat humanis, saya yakin hal itu. Karena saya sangat mengenal di mana masyarakat Sulteng pada khususnya dengan ajaran- ajaran yang beliau berikan sangat humanis sehingga tercipta keseimbangan, saling menghormati, saling menghargai antar lintas beragama,” ujar Wijaya Chandra kepada Media Alkhairaat online, Sabtu (22/1).

BACA JUGA :  Guru Besar Fisip Untad: Putusan MK Perkuat Kontestasi Demokrasi Lokal

Menurut Wijaya Chandra, setiap pahlawan mempunyai waktu dan setiap waktu ada pahlawannya. Proses ini mencapai sebuah titik, ketika adanya pengakuan telah dideklarasikan oleh Pemerintah Pusat, sehingga Provinsi Sulteng bertambah pahlawan Nasionalnya.

“Semoga hasil karya beliau sang Guru Tua dikenal dengan syairnya, pendidikannya dan dakwah Islaminya sudah dapat dinikmati anak cucu kita hingga ke pelosok, bahkan di wilayah Indonesia Timur. Kami tokoh agama di Sulteng sangat bersyukur memiliki Guru Tua, karena berkat jasa- jasa beliau bisa menciptakan keindahan beragama,” ujarnya.

BACA JUGA :  Isu HAM Diharap Tidak Dijual untuk Menutupi Kegiatan Tambang Ilegal

Menurutnya, sebagai guru yang baik dan benar, maka pihaknya dari Magabudhi Sulteng mendukung Pemerintah Pusat menetapkan H. Sayyid Idrus Bin Salim atau Guru Tua sebagai pahlawan Nasional.

Reporter: Irma/Editor: Nanang