PARIMO – Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) memfokuskan pencegahan dan penanggulangan stunting di 278 desa/kelurahan pada akhir 2022.
“Saat ini skemanya kita ubah dengan mengefektifkan intervensi desa sasaran,” ungkap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Parimo, Irwan ditemui , Jumat (14/10).
Ia menjelaskan, terdapat 71 desa lokus sesuai perencanaan 2023, terdapat desa tidak masuk dalam sesuai, namun menjadi prioritas percepatan penanganan yang optimal melibatkan seluruh sektor.
Belum lama ini, wakil Bupati Parimo, Badrun Nggai, melakukan penguatan lembaga ditingkatkan kecamatan secara konsisten. Sebab, penanganan stunting tidak bisa dilakukan dengan hanya melibatkan instansi teknis terkait.
“Upaya pencegahan dan penanggulangan harus di dukung semua organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Parimo. Ikut terlibat juga salah satunya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulteng,” jelasnya.
Kata dia, dalam penanganan stunting harus melibatkan banyak sektor, sebab stunting dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari sosial ekonomi, lingkungan, budaya, infrastruktur maupun kesehatan.
Ia menambahkan, dari delapan aksi konvergensi yang diterapkan Pemkab Parigi Moutong menekan prevalensi tengkes, saat ini kabupaten itu telah menjalankan aksi enam dan tujuh yakni sistem manajemen data stunting, kemudian pengukuran dan publikasi stunting.
“Diupayakan 2023 nanti prevalensi stunting dapat tertekan di bawah 11 persen di lihat dari e-PPBGM, dan di bawah 26 persen dari data SSGI. Sejak 2019 hingga 2022 Parigi Moutong telah menuntaskan 1.235 orang mengalami tengkes,” pungkasnya.
Reporter : Mawan
Editor : Yamin