PALU – Wakil Ketua Pimpinan Pusat (PP) Himpunan Pemuda Alkhairaat (HPA), Saiful Azis, menanggapi sebuah baliho yang terpasang di dalam kampus Universitas Tadulako (Untad).
Baliho yang menampilkan kelompok tertentu yang mengatasnamakan Komunitas Anak Tondo (KAT) itu dinilai telah membangun kesan seolah hanya anak Tondo-lah yang menjadi bagian yang penting bertugas menjaga Untad, termasuk menjaga kredibilitas oknum pejabat tertentu yang terusik keamanannya.
“Pesan Komunitas Anak Tondo yang akan menjaga salah seorang pejabat yang menjadi Pembina KAT dan menjauhkannya dari fitnah, seolah menegaskan bahwa KAT tampil secara heroik untuk menjaga martabat dan wibawa Untad dan itu hanya ada pada pundak anak Tondo,” katanya, Kamis (27/01).
Ia juga menilai, terselip kepentingan yang ditarget oleh oknum-oknum yang ingin mendapat faedah praktis dari situasi yang ada saat ini dan terkesan tendensius, sebagaimana yang disampaikan Ketua KAT di salah satu media online, beberapa waktu lalu.
“Kelompok ini (KAT, red) katanya sebagai penjaga Untad. Bahasa yang digunakan begitu vulgar seolah mengisyaratkan bahwa klaim menjaga Untad adalah urusan KAT. Tentu ini mengingkari eksistensi Untad sebagai aset yang menjadi milik masyarakat Sulawesi Tengah. Artinya, siapapun berhak untuk menjaga dan melindungi Untad dari tindakan kejahatan, seperti korupsi,” urai Wakil Ketua Komunitas Muda Sulawesi Tengah itu.
Ia mengatakan, jika sekiranya ada perbuatan kriminal, maka kewenangannya ada pada penegak hukum. Demikian halnya jika ada pernyataan yang seolah memfitnah oknum pejabat di Untad, maka laporkan ke polisi agar fitnah itu ditindak secara hukum.
“Dalam rangkaian peristiwa ini terkesan ada tindakan “adu domba” yang diindikasikan dengan upaya membentuk KAT untuk melindungi oknum pejabat tertentu dan dibenturkan dengan KPK yang sering mengkritisi kebijakan kampus.
Sejatinya, lanjut dia, seluruh generasi muda Sulteng memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kedamaian pada situasi di manapun, sambil mengedepankan penghargaan terhadap nilai-nila sintuvu pada masyarakat Kaili, khususnya di Tondo sebagai wilayah berdirinya untad.
“Agar tidak ada kesan menghancurkan pluralisme dan otoritas kebebasan kampus. Kami juga sangat mendukung pernyataan saudara Muhammad Arul selaku Ketua Forum Komunikasi Anak Tondo (Forkat) untuk selalu bersama membangkitkan semangat anak muda Tondo dalam melakukan hal-hal positif,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, sejak Untad didirikan hingga hari ini, semua warga Palu khususnya dan Sulawesi Tengah umumnya patut dan wajar membuat ukuran pendirian bersama.
“Tanggung jawab kita melindungi Untad dari orang serakah, korupsi, dan mudharat lainnya. Demikian halnya dengan kami sebagai warga Palu, punya tanggung jawab yang sama menjaga Untad, termasuk mencegah tindakan oknum-oknum tertentu yang telah merugikan kampus Untad sejauh ini,” tutup Pembina Majelis Akbar Arraodah Sulteng ini.
KAT yang diketuai oleh Ismail dideklarasi di Theater Room Universitas Tadulako, Senin 24 Januari 2022 pagi.
Ketua Dewan Pembina komunitas yang megatasnamakan pemuda Tondo itu dijabat oleh salah satu pentinggi Untad, Prof. Moh. Basir Ciyo. *