SIGI – Pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban bencana alam gempa bumi dan likuifaksi di Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, tak kunjung selesai.

Ratusan petak huntara yang berdekatan dengan Pasar Tradisional Ranggulalo itu, bahkan terbengkalai.

Warga pun terpaksa masih menghuni tenda-tenda darurat, sembari menunggu dipindahkan di huntara tersebut.

Namun mereka khawatir masih tetap tinggal di tenda darurat, sampai Bulan Suci Ramadhan tiba.

Tokoh Pemuda Sigi, Sharir Pakamundi, Senin (11/03), menilai, pihak yang melaksanakan pembangunan huntara hanya berkedok kemanusiaan.

“Tidak ada yang bisa jamin pembangunan huntara bisa selesai dalam satu bulan mendatang. Kasihan masyarakat yang sudah dijanjikan tempat tinggal sementara, tetapi tempat tinggalnya belum selesai dibangun,” katanya.

Padahal, kata dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi selama ini, selalu membuka diri bagi lembaga-lembaga yang ingin membantu masyarakat pascabencana. Tetapi, kata dia, peluang dan kepercayaan yang diberikan itu sepertinya diabaikan, sehingga Pemkab-lah yang disoroti masyarakat.

“Kasihan Pemda Sigi seakan-akan mereka yang menangani huntara itu. Harusnya Pemkab Sigi tidak tinggal diam dengan persoalan ini. Lembaga-lembaga yang berkedok kemanusiaan ini harus diberi teguran,” tegasnya.

Belum lagi, kata dia, masa pemulihan pascabencana sudah memasuki tahap pembangunan hunian tetap (huntap), sementara di sisi lain masih ada huntara yang belum selesai dibangun.

“Dua tahun estimasi untuk tinggal di huntara. Mestinya sekarang ini warga sudah tinggal di huntara masing-masing,” kata Sharir.

Sementara salah seorang warga, Rika mengaku belum mengetahui kapan dirinya akan tinggal di huntara.

“Kita belum tahu le kapan bisa tinggal di huntara,” singkat korban bencana yang masih menghuni tenda pengungsian itu. (HADY)