POSO – Festival Danau Poso (FDP) ke-22 tahun 2022 yang berlangsung 20-22 Oktober 2022 berhasil mencetak sejarah di Poso, Sulawesi Tengah. Festival tertua yang ada di Sulawesi Tengah ini akhirnya berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) melalui pembakaran nasi bambu atau yang lebih dikenal warga sekitar dengan sebutan Inuyu, sebanyak 7000 batang bambu, pada Jumat (21/10) pagi.
Berdasarkan pantauan dilokasi, sedikitnya dua ratus warga dari berbagai desa di Kabupaten Poso ikut terlibat dalam pencapaian rekor MURI tersebut, yang berlangsung di area FDP, Kelurahan Pamona, Kecamatan Pamona Puselemba.
Prosesnya memang tidak mudah, sejak subuh hari, para masyarakat yang terlibat sudah menyiapkan seluruh bahan untuk Inuyu yang di daerah lain dikenal didaerah lain dengan nasi jaha.
Adapun bahan yang disiapkan dalam proses pembuatan nasi bambut tersebut antara lain beras ketan, santan kelapa, garam, bawang merah, daun pandan.
Setelah seluruh bahan diolah, lalu dimasukkan ke dalam potongan bambu muda sepanjang 60 centi meter. Bambu-bambu berisi inuyu tersebut kemudian dijejer berdiri rapi dan disandarkan pada tiang penyanggah. Di tengah-tengah, antara dua tiang penyanggah yang memanjang tersebut berisi potongan kayu bakar sebagai sumber perapian.
Salah seorang peserta, Ratiola (40) warga Kelurahan Petirodongi yang ditemui dilokasi mengatakan, proses pembakaran inuyu sampai matang tersebut butuh waktu dua hingga tiga jam . Diakuinya, selain diikutsertakan dalam upaya pecahkan rekor MURI, pembakaran nasi bambu tersebut merupakan sebuah tradisi warga Poso, khususnya pada moment perayaan adat padungku atau lebih dikenal pesta syukuran hasil panen.
“Untuk bisa masak betul, butuh waktu pembakaran selama dua hingga tiga jam,” ucap Rantiola.
Sementara itu, direktur pelaksana rekor MURI, Yusuf Ngadri kepada wartawan mengatakan, pembakaran 7000 nasi bambu yang dilakukan di Poso berhasil memecahkan rekor MURI. Rekor MURI sebelumnya terjadi di Minahasa, Sulawesi Utara sebanyak 6000 bambu.
“Iyya, ini rekor MURI baru dengan jumlah lebih banyak yakni 7000 bambu, sebelumnya di Minahasa sebanyak 6000 bambu, kami akan usulkan ke rekor dunia capaian ini,” ungkap Yusuf.
Yusuf menjelaskan, nasi Bambu tersebut sebenarnya bukan kuliner baru di Indonesia,namun sejumlah daerah juga memiliki kuliner yang sama, hanya saja sebutannya berbeda, seperti Nasi Jaha di Sulawesi Utara. Ia memuji tradisi pembakaran nasi bambu tersebut sarat dengan nilai sosial.
“Yah, ini sangat bagus karena melibatkan banyak orang. Mereka bekerjasama dan bergotong royong sekaligus bersilaturahmi,” jelasnya.
Reporter : Mansur
Editor : Yamin