PALU.- Salah satu dari delapan nama tokoh yang ditulis pada prasasti di Taman Nasional Palu, disoal.
Tokoh yang dimaksud, yakni Prof Mattulada disebut sebagai tokoh pendidikan di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Salah satu Tokoh Pers Sulteng yang juga Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulteng, Tri Putra Toana, menilai, Prof Mattulada bukan tokoh pendidikan melainkan Rektor Universitas Tadulako (Untad) Negeri.
“Universitas Tadulako itu berdiri pada 1963. Sedangkan negerinya itu ada sejak 1982,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan nana Prof Mattulada dalam prasasti itu perlu dikoreksi.
“Beliau bukan tokoh pendidikan, karena tidak ada peninggalannya di Sulteng. Dia hanya seorang PNS yang menduduki jabatan rektor selama dua periode ketika itu,” bebernya.
Menurutnya, harus ada urutan sejarah, seperti Rusdi Toana yang dicantumkan pada prasasti sebagai tokoh pers.
“Namun beliau adalah agen perubahan. Orang pers itu kan agen perubahan. Almarhum juga termasuk tokoh yang terlibat dalam pendirian Universitas Alkhairaat, beliau juga adalah sekretarisnya,” sebutnya.
Selain Itu, menurutnya, Rusdi Toana juga mendirikan Unismuh, termasuk Untad.
Ia juga menyarankan perlu adanya koreksi terhadap gelar tokoh yang dicantumkan untuk Rusdi Toana.
Dia menerangkan, Rusdi Toana telah banyak terlibat dalam pendirian sejumlah universitas, termasuk tokoh yang memperjuangkan berdirinya Provinsi Sulteng.
“Ada delapan persyaratan pembentukan provinsi, salah satunya harus ada universitas. Maka itulah yang mendorong pendirian Untad,” terangnya.
Kata Tri, dahulu Untad berada di Poso, kemudian dipindahkan ke Palu dan pada tahun 1964 Provinsi Sulteng berdiri.
“Rektor pertama Untad sebelum menjadi negeri itu adalah Nasir Gayo orang Padang, waktu itu Untad hanya merupakan Afiliasi dari Unhas,” katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Pusat Penelitian Seni Budaya Pariwisata dan Sejarah, LPPM Untad, Dr Agustan T Syam, mengatakan, untuk Pemkot Palu memberikan penghargaan kepada Prof Mattulada, karena pengaruhnya sehingga Untad bisa ada seperti sekarang ini.
Terkait tokoh-tokoh yang ada di prasasti itu, dirinya mengaku telah membuatkan buku tentang mereka dan sementara proses penerbitan.
“Banyak tokoh yang diusulkan masyarakat, tapi keterwakilan tokoh itu yang kita pasang di taman nasional ini hanya delapan tokoh itu saja,” ujarnya.
Kata dia, bisa jadi di lokasi lain nanti nana tokoh lain juga akan dituliskan.
Menurutnya dalam mempublis nama tokoh tokoh ini pihaknya memiliki kriteria dan penelitian.
“Misalnya soal pengaruh dari tokoh tersebut dan pengaruh kedelapan tokoh tokoh yang telah dipublis ini tidak diragukan lagi,” terangnya.
Agustan menegaskan, LPPM Untad telah bekerja keras memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh Sulteng yang telah mewakafkan dirinya untuk membangun daerah.
“Tim yang terlibat dalam penyusunan nama tokoh-tokoh ini dari akademisi, sejarawan, komunitas historia Sulteng, praktisi dan tokoh-tokoh masyarakat serta beberapa peneliti,” ujarnya.
Reporter : Hamid/Editor : Rifay