“Namun demikian sebagai seniman lukis, saya harus tetap berkarya secara mandiri agar tidak mengalami kejenuhan. Sejak corona, memang tidak ada undangan atau kegiatan pameran seperti tahun-tahun sebelumnya,”
Demikian ungkapan hati Mohammad Azis Alkatiri (55), seorang pelukis beraliran naturalisme dan realisme Kota Palu, menyikapi lesunya perhelatan pameran lukisan, pasca virus corona melanda senatero dunia, akhir-akhir ini.
Azis mengaku mengikuti pameran terakhir pada tahun 2018 lalu. Sejak itu, selama Tahun 2019, hingga pandemi Covid-19 saat ini, tidak ada lagi kegiatan serupa yang digelar.
“Semoga wabah covid cepat berhenti agar kami para seniman, khususnya pelukis bisa banyak lagi memiliki kegiatan terutama undangan pameran. Sebab seniman sangat merasakan dampak terjadinya wabah corona saat ini,” kata Aziz.
Aziz Alkatiri cukup lama aktif menekuni seni rupa bersama sejumlah seniman lainnya. Ia sudah beberapa kali mengikuti pameran tingkat regional dan nasional.
Dari corak dan karakter karyanya, ia mencerminkan sesuai kondisi objek lukisan yang sangat rinci dan detail. Sapuan-sapuan kuasnya di kain kanvas sangat menakjubkan, utamanya saat melukis objek pemandangan alam.
Berbagai kawasan pantai atau destinasi wisata telah diabadikan dalam lukisannya. Salah satunya paling terkenal adalah objek wisata Kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una.
“Saya belajar otodidak dan mulai aktif sejak dekade 1990-an. Karya-karya saya kemudian diikutkan dalam pameran bersama teman-teman pelukis lainnya. Dari situs saya sering mendapat masukan dan saling tukar pendapat dengan pelukis lain hingga menemukan ciri khas sendiri,” jelas Azis, Ahad (11/10).
Azis sendiri pernah mendapat pengakuan sebagai salah satu finalis 100 pelukis dalam kompetisi Philip Morries, beberapa tahun lalu. Sebagai apresiasi, ia pun pernah mendapat undangan pameran di berbagai event nasional seperti di Galnas (Galeri Nasional) RI di Jakarta.
Sementara itu, aliran realisme yang disenanginya dikenal dengan kehalusan corak yang mencerminkan ketenangan sebagai bagian karakternya.
Prestasi tingkat nasional yang pernah diraihnya adalah masuk sebagai finalis kompetisi Seni Lukis Tingkat Nasional Indonesia Art Award 1999 dengan judul karya “Adakah Hari Esok Untuk Indonesiaku,” sehingga berhak mengikuti pameran bersama 102 finalis di Gallery Nasional Indonesia Jakarta, 21 September – 20 Oktober 1999 silam.

Ia bahkan pernah menjajal sejumlah pameran lukisan, seperti pameran bersama Taman Budaya 27 Provinsi di Banjarmasin, pameran Makassar Art Forum, PID-Forum (2001), pameran bersama seni rupa modern Nusantara di Galeri Nasional Jakarta (2001).
Event lain adalah pameran bersama di Taman Budaya Jayapura, Papua tahun 2014, pameran keliling Galeri Nasional Indonesia dan perupa Gorontalo di Museum Popa Eyato Gorontalo tahun 2017, pameran di Mongkey Forest Art Gallery Ubud Bali tahun 2017, dan pameran seni rupa Gorontalo di gedung Galeri Nasional Indonesia tahun 2018.
Sosok pendiam ini lahir di Gorontalo, 29 Juni 1965. Ia menamatkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri I Palu. Ia pernah hijrah ke Kota Bogor, Jawa Barat tahun 2003. Kemudian kembali ke Palu tahun 2014 menjalani rutinitas.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay