PALU – Sejumlah usaha kerajinan rotan di Kota Palu terus mendapatkan perhatian dan bantuan peralatan dari pemerintah, seperti kompresor dan sejumlah alat pendukung lainnya untuk memudahkan proses pembuatan kursi. Meski demikian, kondisi itu tidak menjadi jaminan usaha mereka maju alias sulit berumur panjang.
Salah satu pengrajin kursi rotan yang masih eksis di Jalan Jati, Kecamatan Tatanga, Arifudin mengaku, belum lama in usahnya mendapatkan bantuan dari Pemkot.
Namun kata dia, yang menjadi kendala saat ini adalah kurangnya tenaga yang mahir di bidang anyaman. Sangat sedikit yang mau menekuni bisnis ini.
“Pemerintah sangat mendukung, cuma kendalanya tenaga kerja tidak ada. Tenaga kerja ahli rotan itu yang kurang. Makanya kita punya usaha ini setengah mati meningkat. Apa kita pake tenaga kerja dari Jawa,” ungkap Arifudin, Rabu (28/03).
Arif mengatakan, kurangnya kemauan anak muda untuk belajar, memaksa dia harus mendatangkan pekerja dari pulau Jawa. Tentu, biaya akomodasi pekerja akan bertambah.
Kondisi tersebut hampir dirasakan semua pelaku usaha kerajinan rotan yang ada di Kota Palu.
“Kendala utama juga, bahannya kadang tidak ada. Makanya kalau bisa dibeli agak banyak, supaya jangan nanti bahanya kurang, dan karyawan yang mau bekerja tidak ada, kita juga rugi,” katanya.
Saat ditanya, soal pemasarannya, dia juga mengaku kesulitan. Dia biasanya melayani pesanan, karena kursi karya tangannya masih menjadi favorit di perayanan hari-hari besar keagamaan, seperti lebaran dan natal.
“Kendala lainnya adalah modal yang dikeluarkan terlalu besar. Yang mahal ongkos anyaman sebesar Rp6 ribu. Sebenarnya sudah banyak ide di kepala, cuma kendala di tenaga ahli di bidang itu yang kurang,” tandasnya. (NANANG IP)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.