PALU– Inspektur Jenderal Kementerian Agama (Kemenag) RI, M. Nur Kholis mengingatkan pejabat di lingkungan Kemenag Sulteng agar menguasai tugas dan fungsinya. Karena menurutnya jika hal itu tidak dikuasai, tidak menutup kemungkinan akan diobok-obok oleh bawahan.
“Pejabat harus update dengan perkembangan, paham dengan tugas dan fungsi adalah suatu keharusan. Paham dengan tugas dan fungsi sama dengan telah membantu mengatasi permasalahan kerja dan pengawasannya.
“Pemimpin yang tidak menguasai tusinya maka akan di obok-obok oleh bawahan, jarang bawahan menyelamatkan pimpinan, yang ada bawahan berkonspirasi untuk menjatuhkan pimpinan,” ucap M. Nur Kholis saat memberikan materi di hadapan pejabat pengawas dan administrator di lingkungan Kanwil Kemenag Sulteng, di salah satu hotel di Kota Palu dua hari lalu.
Pada Awal materi, Nur Kholis juga menjelaskan bahwa tantangan di Kemenag tidak hanya sekadar pendidikan, namun juga pada tugas dan fungsi yang lain yang tidak kalah penting. Olehnya, menurutnya pejabat harus tau perkembangan dan paham tugas dan fungsi.
Nur Kholis menyampaikan, saat ini Kemenag mendorong adanya perluasan akses pendidikan keagamaan dan kualitas pendidikan dari seluruh aspek, baik logika maupun logistik.
“Di era globalisasi saat ini, alumni dunia pendidikan harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pendidikan pun harus mampu beradaptasi dengan dunia modern. Misalnya, dulu memasak itu aib bagi laki-laki, namun sekarang ini chef yang ahli itu laki-laki.” ujarnya.
Selain itu, Nur Kholis juga memaparkan soal fungsi agama pasca MA mengakomodir hak penganut kepercayaan, yaitu negara hanya mempunyai hak untuk melayani bukan mengakui suatu agama. Menurutnya, ada dua kata kunci perbedaan antara agama dan kepercayaan, yakni adanya kitab suci, dalam kepercayaan tidak ada, yang kedua adanya person suci atau nabi. Namun hal tersebut belum final.
“Di akhir pemerintahan SBY, pengakuan pemerintah bagi agama Khonghucu, pemerintah belum mampu melayani secara maksimal karena belum ada Perguruan Tinggi yang melahirkan Guru-guru Agama Khonghucu,”katanya.
Dia juga menjelaskan tentang paham-paham keagamaan yang berkembang begitu pesat melalui media-media.
“Anak kita bertanya tentang agama kepada media, bukan pada orang tua dan gurunya, sementara agama yang mengarah pada agama yang ekstrim banyak tersebar di media, dan agama yang moderat kekurangan informasi yang dapat di akses oleh peserta didik.” Jelasnya.
Menurutnya, fungsi agama tidak berjalan dengan baik kalau tidak didukung oleh fungsi pendidikan. Dia mencontohkan dalam hal kerukunan yang bersifat fluktuatif dan kondisional.
“Contoh dalam ruangan ini rukun karena mendengar arahan, tapi kalau sudah keluar belum tentu rukun. Dalam rumah tangga suami istri, Rukun itu butuh biaya. Bagaimana suami istri ke pesta untuk menjaga kerukunan dalam rumah tangga.”terangnya.
Di akhir materinya, Dia Mengutip Ibnu Atha’illah al iskandari dari buku Al-Hikam, “betapa menyakitkan bila manusia berpaling dan meninggalkan dirimu, mereka menolakmu dan menimpakan kesalahan dipundakmu, maka introspeksilah dirimu apa yang salah dari tingkah lakumu,” tandasnya. (YAMIN)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.