PALU – Ketua Majelis Agama Budha Sulteng, Wijaya Chandra mengaku malu pada Biksu Wiratu dan kelompok Budha radikal Myanmar yang memakai baju biksu melakukan tindakan radikal pada etnis Rohingya di Myanmar.
“Saya malu yang mengaku pakai baju biksu, saya tidak mengakui dia Biksu karena mungkin dia hanya beli baju kiloan. Dia tidak melaksanakan ajaran yang benar tentang cinta kasih dalam semua agama. Kami sangat bersyukur hidup di Kota Palu yang mayoritas muslim tapi agama Budha yang minoritas terlindungi dengan baik,”akunya di hadapan para massa aksi solidaritas etnis Rohingya yang tergabung dala FUI di halaman Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng.
Dia mengatakan, secara pribadi dan atas nama umat Budha mengecam segala kekerasan yang terjadi di Rohingya, bahkan empat tahun lalu pihaknya sudah melakukan tindakan dengan menyurat secara resmi ke pusat, dan pusat meneruskan pada pemerintah Myanmar agar kasus kekerasan terhadap etnis Rohingya itu dihentikan.
Bukan itu saja, sebagai bentuk kepedulian, umat Budha Sulteng juga sudah melakukan aksi sosial sebagai bentuk keprihatinan terhadap kekerasan di Myanmar, dengan menggalang dana sejak empat tahun lalu. Bahkan saat ini, dari pemerintah pusat Walubi dan majelis-majelis agama Budha, sudah membangun Rumah Sakit di daerah Rakhine, untuk melayani korban kekerasan di sana.
“Posko penggalangan dana kami sudah siapkan di Karuna Dipa, bagi semua masyarakat Kota Palu yang mau berpartisipasi disilahkan, kami memberikan langsung bantuan itu kekorban Rohingya,” terangnya.
Di penghujung, Wijaya Chandra didampingi Kepala Kanwil Kemenag Sulteng, H. Abdullah Latopada beserta tokoh-tokoh Budha Sulteng membacakan pernyataan sikap mereka diantaranya. Pertama, Keprihatinann yang mendalam atas krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine Myanmar yang telah menimbulkan korban jiwa , kerugian moril dan materil. Dua, menumbuhka solidaritas kemanusiaan dan pendukung penuh peran aktif pemerintah RI dengan membangun fasilitas kesehatan sebagai wujud cinta kasih kepada semua manusia yang memiliki kesetaraan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Tiga, Kepada pihak Myanmar segera menghentikan kebencian dan tindak kekerasan terhadap etnis Rohingya serta mendesak pemerintah Myanmar untuk memberikan perlindungan, bantuan dan hak asasi dasar kepada masyarakat Rakhine. Empat, Umat Budha Sulteng menyampaikan rasa empati atas penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kami pengungsi Rohingya, untuk itu kami berdoa dan berusaha agar permasalahan ini segera terselesaikan. (YAMIN)