DONGGALA – Menjelang berbuka puasa, sekitar pukul 17.00 Wita, panitia buka puasa Masjid Raya Donggala sudah menata beraneka menu di sepanjang selasar masjid. Ratusan sajian sudah berjejer rapi, mulai dari kue-kue, minuman dan tak lupa mangkok-mangkok berisi “peca” sejenis bubur putih yang menjadi menu khas buka puasa di masjid tersebut. Selain itu disediakan air teh hangat untuk setiap orang.
Dari orang tua hingga anak-anak, dengan tertib akan memilih posisi duduk sesuai letak menu yang disediakan panitia. Para jemaah terlihat duduk memanjang sambil berdoa menunggu waktu berbuka yang ditandai dengan pukulan beduk tradisional milik masjid.
“Jadi ketika jemaah tiba di masjid untuk buka puasa tinggal duduk saja tidak perlu mengambil sendiri karena sudah diletakkan berjejeran secara berhadapan,” kata seorang panitia buka puasa, Jumat (08/04).
Pemandangan itu akan terus dijumpai selama Bulan Ramadhan di Masjid Raya Donggala. Panitia dengan ramah memberikan pelayanan sambil mengontrol jika ada jemaah yang belum mendapatkan buka puasa.
Menurut Sekretaris Yayasan Masjid Raya Donggala, H. Amiruddin Masri, dari sejumlah masjid yang ada di Kota Donggala, tinggal Masjid Raya yang tetap mempertahankan tradisi pukul beduk sebagai penanda buka puasa.
Sesuai pengalaman panitia, berapapun jumlah jemaah yang datang, tidak pernah kekurangan menu buka. Panitia juga seakan sudah tahu persis porsi bubur peca yang akan disajikan, sehingga tidak ada jemaah yang tidak kebagian.
Peca sendiri adalah bubur putih berbahan beras berkualitas terbaik, dicampur santan kelapa dan garam secukupnya. Dimasak selama beberapa jam dan diaduk merata hingga teksturnya lembut.
Penyajian peca sudah ada sejak puluhan tahun silam yaitu masa awal 1950-an sebelum Permesta. Menurut Abdul Rauf Thalib (72 tahun), tradisi itu sudah ada sejak masa H. Djuraid H. Semauna menjadi Imam Masjid Raya Donggala.
Tradisi itu terus berlangsung hingga saat ini, sehingga cukup dikenal sebagai menu favorit dan wajib. Hal serupa juga sempat menjadi tradisi di Masjid Nurul Imam Kelurahan Maleni Donggala, namun tidak bertahan setelah mengalami regenerasi pengurus masjid.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay