LAKPESDAM NU Kota Blitar mengadakan Kajian Aswaja dan Bela Negara di halaman Masjid Agung Kota Blitar, Sabtu (10/6). Acara yang dimulai pada pukul 20.30 WIB mengusung tema “Satukan Langkah Membangun Negeri Menjaga NKRI” dengan mendatangkam narasumber KH Adnan Anwar (PBNU) dan Dr Ainur Rofik (Penulis buku Membongkar Proyek Khilafah).
KH Adnan Anwar mengatakan bahwa konsepsi NKRI sudah disiapkan para ulama jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal ini dibuktikan dengan salah satu dokumen tahun 1783 hasil batsul masail di Masjid Baiturahman Aceh yang isinya jika Nusantara ini menjadi negara, maka namanya adalah Al Jumhuriyah Al Indonesia.
“Saya sudah melacak berbagai dokumen dari Aceh sampai Pattani Thailand, bahkan ke perpustakaan di Berlin menemui Profesor Bastian bahwa nama Indonesia baru ditemukan oleh Barat tahun 1892. Padahal nama Indonesia sudah ada pada tahun 1783 dan dibentuk oleh ulama-ulama di Aceh,” ungkapnya.
KH Adnan Anwar juga menambahkan bahwa NKRI sudah sangat islami karena bangunan dan konsepsi NKRI banyak ulama terlibat di dalamnya. “Habib Idrus Salim Al Jufri, pendiri Al Khairaat di Kota Palu (Sulawesi Tengah) yang juga adik kelas Mbah Hasyim Asyari pernah mengatakan bahwa beliau pernah bermimpi Nabi Muhammad SAW dan pesan dalam mimpi itu adalah nanti kalau Indonesia merdeka benderanya adalah Merah Putih,” tambahnya.
Bahkan Muktamar NU tahun 1937 atas pesan Habib Idrus Salim Al Jufri, Mbah Hasyim Asyari mengusulkan bahwa bendera Indonesia adalah Merah Putih dan Soekarno adalah pemimpinnya. “Ulama-ulama kita sangat cinta NKRI. Mbah Hasyim Asyari sering menangis ketika menyanyikan Indonesia Raya. Bahkan, pencipta lagu Padamu Negeri adalah habib atau ulama. Makanya jika ada yang ingin mengganti Indonesia dengan negara Islam atau khilafah, maka sesungguhnya mereka tidak belajar sejarah dan mengingkari perjuangan dari ulama-ulama Nusantara,” tandasnya.
****
Diketahui Guru Tua (Habib Idrus) memang memiki kecintaan yang tinggi terhadap bangsa Indonesia. Hal itu pernah ditunjukkan melalui syair-syairnya. Salah satu Syairnya tentang Indonesia yaitu, ketika menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia:
إن يوم طلوعها يوم فخر * عظمته الأبآء والأبنآء
Sungguh hari kebangkitannya ialah hari kebanggaan | orang-orang tua dan anak-anak memuliakannya
راية العز رفرفي في سمآء * أرضها وجبالها خضرآء
Bendera kemuliaan berkibar di angkasa | hijau daratan dan gunung-gunungnya
كل عام يكون لليوم ذكرى * يظهر الشكر فيها والثنآء
Tiap tahun hari itu menjadi peringatan | muncul rasa syukur dan pujian-pujian padanya
يا سوكارنو حييت فينا سعيدا * بالدواء منك زال عنا الدآء
Wahai Sukarno!Tlah kau jadikan hidup kami bahagia|dengan obat dirimu hilang sudah penyakit kami
أيها الرئيس المبارك فينا * عندك اليوم للورى الكميآء
Wahai Presiden yg penuh berkah bagi kami | engkau hari ini laksana kimia bagi masyarakat
باليراع وبالسياسة فقتم * ونصرتم بذا جائت الأنبآء
Dengan perantara pena dan politikmu kau unggul | telah datang berita engkau menang dengannya
لا تبالوا بأنفس وبنين * في سبيل الأوطان نعم الفدآء
Jangan hiraukan jiwa dan anak-anak | demi tanah air alangkah indahnya tebusan itu
فستلقى من الرعايا قبولا * وسماعا لما تقوله الرؤسآء
Pasti kau jumpai dari rakyat kepercayaan | dan kepatuhan pada apa yang diucapkan para pemimpin
واعمروا للبلاد حسا ومعنى * وبرهنوا للملا أنكم أكفآء
Makmurkan untuk Negara pembangunan materiil dan spirituil | buktikan pada masyarakat bahwa kau mampu
أيد الله ملككم وكفاكم * كل شر تحوكه الأعدآء
Semoga Allah membantu kekuasaanmu dan mencegahmu | dari kejahatan yang direncanakan musuh-musuh
Dahulu, saat kondisi Indonesia tengah kritis karena banyaknya pemberontakan, ia teguh. Selain itu Indonesia masih dianaktirikan, tapi baginya Republik Indonesia merupakan pilihan utama.
Ajakan dan bujuk rayu pemberontak ditolak mentah-mentah oleh Habib Idrus. Baginya bila ingin selamat “Tetaplah bersama pemerintah di Jakarta”. (triknews.com/nanang)