PALU – Kunjungan Pengurus Besar (PB) Alkhairaat ke Ampana, Ibu Kota Kabupaten Tojo Una una (Touna), tanggal 3 Agustus lalu, sedianya untuk melakukan asistensi penataan fungsi organisasi struktural Perhimpunan Alkhairaat di Komisariat Daerah (Komda) Alkhairaat Kabupaten Touna.
Asistensi ini diharapkan bisa mengoptimalisasi fungsi Komda dalam upaya meningkatkan kualitas tata kelola pondok pesantren Alkhairaat.
Begitu urgennya kegiatan ini, sehingga kunjungan dilakukan langsung oleh Ketua Umum PB Alkhairaat, HS Mohsen Alaydrus, bersama Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Alkhairaat, Jamaludin Mariadjang, guna memastikan tercapainya maksud kegiatan ini.
Sekjen PB Alkhairaat, Jamaludin Mariadjang, mengatakan, metode asistensi ini berbasis kasus, di mana ada masalah krusial di salah satu pesantren Alkhairaat yang menyebabkan pimpinan pondoknya dinonaktifkan.
“Komda dan unsur PB Alkhairaat telah melakukan investigasi tiga kali kunjungan. Telah diperoleh data komprehenship hingga putusan non aktif ditetapkan,” kata Sekjen.
Tentu, kata dia, hal ini berdasarkan kewenangan struktural PB Alkhairaat sebagai penanggung jawab langsung secara organisasional di Perhimpunan Alkhairaat.
“Kendali terpusat terhadap organisasi pesantren adalah sebuah keharusan dengan mempertimbangkan bahwa kemungkinan ada unsur idiologi yang terinfiltrasi ke dalam sistem sosial kita, khususnya kehawatiran terpaparnya idiologi transnasional ke dalam sistem pendidikan pesantren,” jelasnya.
Menurutnya, hal ini menjadi perhatian PB Alkhairaat, setelah mencermati perkembangan mutakhir 20 tahun terakhir.
Untuk itulah, kata dia, PB Alkhairaat telah menyusun sistem kurikukum pesantren dan madrasah secara menyeluruh untuk mengaktualisasi metode pembelajaran Guru Tua, Habib Idrus bin Salim Aljufri, sebagai Pendiri Perhimpunan Alkhairaat.
“Ini salah satu konten dari materi asistensi PB Alkhairaat terhadap Komda dalam rangka perbaikan menejmen pendidikan pondok pesantren,” jelasnya.
Namun dalam perjalanannya di lapangan, terdapat resistensi dalam sosialisasi kebijakan normatif ini. Kata Sekjen, ada antipati yang diproduksi sedemikian rupa oleh segelintir oknum terkesan sengaja mendramatisasi penolakan kebijakan PB Alkhairaat.
“Walaupun demikian, pasti ada evaluasi dari PB Alkhairaat untuk menyikapi sejauhmana terjadi pelanggaran etika organisasi dan hukum. PB Alkhiraat akan memutuskan hal ini dalam pleno,” imbuhnya.
AKSI ANARKIS KELOMPOK MASYARAKAT
Peristiwa di luar dugaan, terjadi ketika pertemuan antara Ketum dan Sekjen PB Alkhairaat dengan sekolompok orang yang mengatasnamakan dari sejumlah elemen, termasuk yang mengklaim dirinya sebagai abna.
Sedianya, pertemuan ini tidak diagendakan, sebab pada sore harinya, PB Alkhairaat sudah mengunjungi Ponpes Alkhairaat yang ada di Desa Bantuga, Kecamatan Ampana Tete, dan malamnya bersilaturahmi dengan mengunjungi sejumlah tokoh Alkhairaat di Ampana.
Namun, sesampainya di hotel tempat menginap, ada permintaan dari kelompok tersebut, maka Ketum dan Sekjen pun bersedia menemui. Namun di kesepakatan awal, hanya sekitar lima orang saja yang ingin bertemu.
Di luar dugaan, ternyata yang datang menemui ketum dan sekjen sudah berkisar ratusan massa. Pada kesempatan itu, ketum dan sekjen ditemani ketua dan sekretaris Komda Alkhiraat Touna.
Melihat banyaknya massa, PB Alkhairaat sebenarnya tidak ingin bertemu karena tidak sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya.
Karena menghargai kehadiran mereka, maka Ketum PB Alkhiraat bersama Sekjen PB Alkhairaat menemui di salah satu tempat di halaman hotel itu.
Dialogpun dibuka oleh Sekjen PB Alkhairaat, disambung diskusi bersama kelompok-kelompok yang hadir saat itu, yang pada intinya menginginkan agar pimpinan Ponpes Alkhiraat Bantuga tidak dinonaktifkan.
Dalam dialog yang berlangsung kurang lebih empat jam itu, terdengar banyak suara-suara provokatif yang menyudutkan PB Alkhairaat. Adapula teriakan-teriakan kepada ketum dan sekjen.
Ketum PB Alkhairaat, Habib Mohsen bahkan telah berjanji siap menampung masukan-masukan yang disampaikan, untik nantinya dibicarakan di tingkat internal pengurus PB Alkhairaat. Ketum mengaku tidak bisa mengambil keputusan sepihak.
Namun penyampaian Ketum PB tersebut tidak diterima. Mereka tetap mendesak malam itu untuk menganulir kembali surat pemindahan pimpinan Ponpes Alkhairaat Bantuga yang telah dikeluarkan sebelumnya.
Kondisi semakin memanas sampai terjadilah insiden yang tidak diinginkan. Salah satu anggota kelompok bahkan maju ke depan dan menendang Ketum PB Alkhairaat yang sedang duduk.
Suasana malam itupun menjadi kacau, ratusan kelompok masyarakat yang hadir malam itu berusaha mengeroyok Ketum PB Alkhairaat.
Beruntung ketum PB dan sekjen bisa segera diamankan oleh petugas di salah satu tempat untuk menghindari amukan kelompok yang semakin tidak terkendali ini.