PALU – Civitas akademika Universitas Tadulako (Untad), melaksanakan senam bersama dengan tujuan menyatukan kembali seluruh keluarga besar Untad yang sempat terpisah pascabencana yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala, 28 September lalu.
“Tanggal 5 November Untad kembali melakukan aktivitas walaupun sebelumnya sudah melakukan kegiatan tapi secara sporadic. Jadi kita berharap senam ini mempersatukan hati, kembali melakukan aktivitas masing-masing. Yang pasti mahasiwa tidak boleh dikorbankan, lebih baik dosennya berkorban tapi mahasiwa tidak boleh dikorbankan dalam hal pendidikan. Karena itu kita layani mereka,” tegas Rektor Untad, Prof. Muhammad Basir usai mengikuti senam bertajuk “Untad Bangkit” di lapangan upacara Untad.
Kata Rektor, pasca bencana, pihaknya juga telah memberikan pelayanan darurat kepada mahasiswa, dengan memudahkan mahasiswa dalam menyelesaikan proses akademiknya.
“Selesaikan mereka, yang penting akademiknya bisa kita jaga, hanya prosesnya yang kita sederhanakan. Intinya, mahasiswa tidak boleh jadi korban. Kemarin ada yang ujian di gazebo, di dego-dego, di lorong-lorong dan di bawah bekas tempat parkir. Tidak masalah karena layanan akademik harus jalan. Begitu juga perkuliahan semuanya harus jalan,” katanya.
Untuk itu, dia memanggil mahasiwa untuk kembali aktif kembali, kecuali mahasiswa yang mengalami sesuatu dan lain hal, dibolehkan aktif sampai akhir Desember 2018. Hanya saja, tegas Rektor, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Kedoteran (FK) wajib kembali tanggal 5 November karena sudah dijamin siap.
“Mahasiswa harus kembali, karena kita sudah putuskan di majelis rektor, tidak ada yang namanya pindah. Jadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) juga tidak akan menerima itu, mereka hanya menampung sementara,” jelasnya.
Basir menyampaikan, pasca bencana itu, infrastruktur Untad mengalami kerusakan berat mencapai 4 persen, kerusakan sedang 20 persen dan ringan 30 persen.
“Infrastruktur itu dananya besar, jadi kami sudah serahkan ke Menteri. Yang rusak ringan itu mungkin ditangani masing-masing fakultas. Tapi memang ruang kuliah ini turun rata-rata 5 persen dari jumlah total. Untung ruang kuliah selama ini hanya lantai satu, jadi lantai yang lebih dari satu ini yang banyak rontok. Sisa bangunan yang layak inilah yang dapat dimanfaatkan sekarang,” ucapnya. (YAMIN)