Di saat saat sahabat Nabi Abu Darda’ radhiyallahu’anhu menderita sakit di penghujung hidupnya.
berkatalah sang istri tercinta, Ummu Darda’ rahimahallah dengan satu pinta suci, “Wahai Abu Darda’, sesungguhnya engkau telah melamar diriku kepada kedua orang tuaku di dunia ini, lantas mereka menerimanya dan menikahkanmu denganku, sebab itu, aku ingin melamar dirimu (agar tetap menjadi suamiku) di akhirat kelak”.
Abu Darda’ hanya menyahut, “Kalau begitu, maka janganlah menikah lagi sepeninggalku”.
Permohonan sederhana nan indah dari Ummu Darda’ ini melukiskan betapa indahnya rumah tangga yang dibalut iman, taqwa dan ketaatan.
Sebaliknya, permohonan Abu Darda’ yang tak kalah sederhananya, juga menggambarkan pada kita tentang indahnya bayang-bayang cinta kasih yang terjalin antara keduanya, hingga saat keduanya terpisahkan oleh takdir dan ajal.
Kisah di atas menjadi amat penting dalam membangun rumah tangga, apalagi yang baru menikah bahwa membangun biduk rumah tangga mesti meneladani roamntisme seperti yang terjadi antara Abu Darda’ dan Ummu Darda, dengan selalu saling memperdengarkan ucapan doa kebaikan dunia akhirat baik dalam suasana canda tawa keromantisan ataupun dalam menghadapi berbagai derita kehidupan.
Tentunya, tidak hanya itu, tapi kisah Sang ‘Alim Abu Darda’ dan Sang Jelita Ummu Darda’ di atas juga memberikan inspirasi bagi kita bahwa romantisme terindah tidak hanya terletak pada sisi materi, kata-kata puitis, canda tawa, dan sederet trik keromantisan duniawi lainnya.
Namun lebih dari itu, romantisme antara pasutri tidak akan sempurna, bahkan tak kan memberikan curahan banyak keberkahan dan rahmat kecuali bila keromantisan itu dilengkapi dengan romantisme yang berorientasi pada akhirat.
Kemudian sikap taqwa, dan penyucian jiwa (tazkiyatunnafs) baik dengan saling ‘mendendangkan’ doa tatkala berdua, duduk berdua saling mengevaluasi ibadah dan kepribadian, mengerjakan ibadah dan ketaatan tertentu secara bersama-sama, ataupun jenis sisi keromantisan ukhrawi atau agamis lainnya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sebagai teladan utama dan pertama, meskipun memiliki banyak kesibukan dan kepadatan aktifitas sebagai seorang pemimpin sekaligus nabi, beliau tetap bisa menunjukkan sisi romantis dalam rumah tangga beliau dengan berbagai gambaran dan bentuknya, terlebih dalam konteks romantisme ukhrawi/agamis.
Aisyah radhiyallahu’anha mengisahkan tentang romantisme beliau ini dalam berbagai hadis, beliau mengisahkan; Artinya: “Dahulu beliau shallallahu’alaihi wasallam bersandar di pangkuanku sedang aku dalam kondisi haid, lalu beliau membaca Al-Quran”. (HR Bukhari; 297, dan Muslim; 301).
Beginilah romantisme hakiki yang beliau tunjukkan pada istrinya, sederhana namun cukup menambah rasa cinta, dan kasih.
Karenanya, Aisyah radhiyallahu’anha selalu berbangga dengan indahnya romantisme yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada dirinya. Dalam hadis lain, Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr rahimahullah mengisahkan;
Artinya: “Dahulu bila Aisyah radhiyallahu’anha marah, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam biasa memijit hidung ‘Aisyah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.”.
Meskipun hadis ini dhaif dari segi sanadnya, namun tetap memberikan inspirasi romantisme ukhrawi yang luar biasa, meskipun tatkala salah seorang pasutri dalam kondisi marah atau tersinggung.
Dengan romantisme jenis ini, maka kemarahan mesti sirna, dan rasa ketersinggungan akan hilang dengan sendirinya.
Hal ini tidak seperti kebanyakan kita, yang apabila salah seorang pasangan kita marah, maka respon pertama yang kita berikan adalah kata-kata keras, atau rasa marah yang sepertinya, padahal di saat itulah kesempatan kita bisa belajar sikap romantisme sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadis di atas sebab itulah gambaran akhlak mulia yang hakiki.
Semoga rangkaian kata yang sedikit ini bisa mewakili ratusan romantisme ukhrawi yang terlukis dalam sejarah Nabi dan para salaf umat ini, dan semoga kita sebagai umat beliau bisa mempraktekkan dan merealisasikannya dalam kehidupan rumah tangga kita. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)