PALU – Hiruk pikuk kemeriahan dan sukacita umat muslim menyambut Hari Raya Idul Fitri 1438 H, terasa di seluruh daerah di Indonesia termasuk di Kota Palu.
Namun nahas bagi perempuan ini bersama suami dan anaknya yang justru mengalami tindak kekerasan oleh sekelompok preman dengan kedok menjaga parkir liar yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.
Tindakan mereka sangat merugikan masyarakat baik dengan menetapkan tarif parkir di luar batas kewajaran maupun menutup akses jalan umum semau mereka sendiri seperti yang terjadi di sekitar pusat perbelanjaan Palu Plaza, Kota Palu.
Tindakan sekelompok preman ini dikeluhkan para pengunjung karena para preman ini tidak sungkan-sungkan untuk menggunakan kekerasan kepada siapapun apabila ada yang tidak senang dengan aturan mereka di tempat tersebut.
Seperti yang dialami Ibu Nurul Huda bersama suami dan anaknya yang pada 22 Juni 2017 saat akan berbelanja di pusat pertokoan tersebut.
Ibu Nurul Huda beserta suaminya Kopda Nurul Huda yang merupakan seorang anggota TNI AD yang berdinas di Korem 132/Tadulako menjadi korban pemukulan dan penganiayaan sekelompok preman penjaga parkir liar di wilayah tersebut.
Menurut Ny. Nurul Huda, kejadian ini diawali saat mereka akan berbelanja membeli sepatu lebaran untuk anaknya.
“Saat itu kami masuk kompleks pertokoan, lalu kami diteriaki oleh preman penjaga parkir liar itu, ‘he kamu tidak lihat jalan ditutup’ padahal jarak kami ke tanda penutupan itu masih sekitar 50 meter di depan kami,” ujar Ny. Nurul Huda.
Lantas, katanya menjelaskan, ‘kami putar arah karena walaupun tidak diteriaki, kami tetap putar arah sebab memang tidak bisa lewat di situ. Saat sampai di tempat orang yang meneriaki kami tersebut, lalu saya berkata; ‘biasa aja kali ya, nggak usah teriak-teriak’, tapi dia malah marah-marah sehingga suami saya juga ikut menegur orang tersebut secara baik-bai dengan mengatakan, ‘sopan sedikit bos sama pengunjung.’
“Di situlah dia tambah marah sehingga terjadi perdebatan dengan suami saya dan tiba-tiba datanglah dari arah belakang kami beberapa orang yang jumlah cukup banyak dan langsung mengeroyok suami saya di depan mata saya dan anak saya. Saat saya ingin melindungi suami saya, mereka malah balik arah memukul saya di bagian dada dan tangan beberapa kali sehingga suami saya berteriak; ‘jangan pukul saya, saya anggota’ namun mereka tidak percaya dan meraka malah menantang dan berkata; ‘kalau kau anggota, lapor saja, kau kira kita takut.’
Akhirnya, kata Ny Nurul, suami saya menelepon atasannya sehingga mereka lari membubarkan diri.
Ia melanjutkan; ‘akibat tindakan para preman tersebut, saya beserta suami dan anak saya mengalami trauma setiap kali teringat kejadian tersebut sehingga suasana lebaran tahun ini terasa sangat menyakitkan bagi kami sekeluarga.
Semoga para pelaku penganiayaan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya dan berharap semoga tidak ada lagi parkir yang dikelola oleh preman agar kejadian yang menimpa kami sekeluarga tidak terulang lagi kepada warga masyarakat yang lain, harap Ny. Nurul Huda.
Menanggapi kejadian ini, Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf Muhammad Saleh Mustafa mengaku sangat prihatin dengan tindakan sekelompok preman ini.
Ia berhjarap tradisi parkir liar setiap tahun ini tidak boleh dibiarkan karena selalu membawa dampak yang tidak baik seperti yang terjadi kepada Kopda Nurul Huda beserta keluarganya yang membawa ekses tidak baik dan meresahkan masyarakat.
“Saya telah berkoordinasi dengan Gubernur, Kapolda dan Wali Kota agar tradisi parkir liar seperti ini tidak boleh ada lagi. Kepada pelaku penganiayaan agar dapat diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku karena negara kita adalah negara hukum, tidak ada satu orangpun di negara ini yang kebal hukum,” ujar Danrem.
Ia mengajak seluruh pihak dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga situasi dan kondisi keamanan Kota Palu agar tetap kondusif, jangan korbankan kedamaian Kota Palu yang telah berjalan dengan baik ini untuk kepentingan pribadi ataupun golongan. (ANT)