PARIMO – Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) perlu melahirkan inovasi baru untuk mengejar loss lorning atau ketertinggalan satu setengah dengan menciptakan inovasi serta improvisasi.
Hal ini dimaksud, untuk menuju ketercapaian yang diinginkan yakni menjadi Parimo cerdas diharapkan bersama sebagimana dalam pertemuan rembuk pendidikan.
Kepala Bidang SMA Provinsi Sulteng, Muhlis, mengatakan, proses pembelajaran daring yang dilaksanakan tentunya banyak masalah serta variasinya khususnya pada sekolah dasar.
“Terdapat SD di daerah kepulauan ketika pemerintah menerapkan daring maka, yang dihadapi adalah mereka mau apa, saya berkunjung ke beberapa daerah para kepsek hsdirkan siswanya dikarenakan tidak ada jaringan,” ungkapnya saat menjadi narasumber dipertemuan rembuk pendidikan, Sabtu (16/10).
Ia berharap, sekolah yang memiliki keterbatasan akses-akses internet. Ditambah lagi, program Kemendikbud menuju digitalisasi sekolah, sehingga ketersediaan internet perlu ada agar dapat ditindaklanjuti oleh Disdikbud setempat.
Menurut dia, yang menjadi kekhawatiran masyarakat terkait internet menuju program digitalisasi sekolah bisa tercapai dan sesuai harapan bersama.
Persoalan lainnya juga, yakni indeks pembangunan manusia (IPM) dimana Sulteng berada di 6,69 persen, artinya wilayah ini kurang atau lebih rendah 1,99 persen dari standar IPN Nasional.
“Berarti masih banyak yang kita kejar baik itu dari aspek kesehatan maupun pendidikan itu sendiri, tentunya bagaimana kita bisa mendekatkan pendidikan itu sendiri dengan masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, terkait zonasi sekolah apabila tidak diterapkan, terdapat sejumlah anak yang dekat dengan sekolah tidak dapat masuk disatuan pendidikan, karena terisi peserta didik dari luar.
Maka hal ini, perlu mendorong pemerintah untuk menerapkan zonasi yang sudah dijalankan tidak terbatas pada penerimaan siswa baru saja, tetapi bagaimana untuk meningkatkan mutu pendidikan.
“Dengan skema itu untuk membagi peserta dan tenaga pendidik,” tutupnya.
Reporter : Mawan