Pantai Tanjung Karang: Keindahan Alam yang Terancam oleh Sampah

oleh -

DESA Labuan Bajo, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, memiliki salah satu objek wisata yang memukau: Pantai Tanjung Karang. Setiap akhir pekan, pantai berpasir putih ini ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik dari daerah lokal maupun luar. Dengan kekayaan biota laut dan terumbu karang yang indah, pantai ini menawarkan pengalaman wisata yang tak terlupakan.

Rizki, salah satu pengunjung asal Kota Palu, mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan alam Pantai Tanjung Karang. “Objek wisata Tanjung Karang sangat indah, dengan banyak spot menarik untuk dinikmati oleh masyarakat. Terutama di laut, ada beberapa lokasi menarik di Tanjung Karang seperti terumbu karang dan berbagai biota laut. Jenis-jenis ikan yang dapat ditemukan di sana sangat beragam, termasuk ikan Napoleon dan lainnya,” katanya.

Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat ancaman serius yang dapat merusak pesonanya: sampah. Rizki mengaku kesal dengan rendahnya kesadaran pengunjung terhadap kebersihan. “Sayangnya, banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan, terutama bungkus makanan ringan dan botol plastik,” keluhnya.

Hamparan pasir putih yang seharusnya menyejukkan mata kini sering kali ternoda oleh sampah yang berserakan. Sampah tersebut tidak hanya mengganggu pemandangan, tetapi juga berpotensi merusak ekosistem laut dan mengancam biota laut yang hidup di sana.

Pantai Tanjung Karang berjarak sekitar 37 kilometer dari Kota Palu dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Akses yang mudah membuat pantai ini menjadi pilihan utama warga yang ingin menikmati akhir pekan. Namun, tanpa adanya kesadaran untuk menjaga kebersihan, potensi wisata ini bisa menurun drastis.

Rizki berharap, selain pemerintah, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. “Masyarakat diharapkan bisa menikmati laut tanpa merusaknya, dan tidak semata-mata menyalahkan pemerintah,” tegasnya.

Ia juga menyoroti keberadaan bangunan di sepanjang garis pantai yang semakin mempersempit area pasir putih yang bisa dinikmati wisatawan. Menurutnya, pembangunan di sekitar pantai perlu dibatasi agar keindahan alami pantai tetap terjaga. “Tidak ada yang melarang mencari penghasilan, namun keindahan pantai harus tetap dijaga agar menarik bagi wisatawan, yang pada akhirnya akan menguntungkan para pedagang di sekitar,” katanya.

Sebagai solusi, Rizki menyarankan perlunya upaya bersama antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kelestarian Pantai Tanjung Karang. Dengan kerja sama yang baik, pantai ini dapat terus menjadi aset pariwisata unggulan Kabupaten Donggala, yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

Jika upaya menjaga kebersihan tidak dilakukan secara serius, bukan tidak mungkin Pantai Tanjung Karang akan kehilangan daya tariknya sebagai destinasi wisata yang memukau. Semoga kesadaran masyarakat dan dukungan pemerintah bisa segera mewujudkan Pantai Tanjung Karang yang bersih dan tetap memikat.

Reporter: IKRAM/Editor: NANANG