PALU – Puluhan stan pameran produk unggulan UMKM meramaikan pasar rakyat “Potomu Ntodea” pada gelaran Festival Lestari ke-5, di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Taiganja, Desa Kalukubula.
Festival Lestari merupakan kegiatan nasional yang diadakan oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan diikuti oleh sembilan kabupaten di Indonesia yang tergabung dalam LTKL serta berlangsung selama tiga hari, mulai 23 – 25 Juni 2023 .
Dalam rangkaian kegiatan tersebut terdapat puluhan UMKM lokal dari Kabupaten Sigi yang turut memeriahkan pasar rakyat pada Festival Lestari ke-5.
Gembira Pinem sekalu owner UMKM Matanari mengatakan, dengan mengikuti pameran ini menunjukkan bahwa ada hasil-hasil pertanian masyarakat lokal Sigi yang bisa mereka lestarikan.
Gembira memamerkan produk olahan kelor diantaranya teh kelor, masker kelor, kerupuk kelor dan stik kelor. Kemudian olahan kelapa– virgin coconut oil (VCO), ubi pedis manis, minyak kemiri, aren, gula semut, kopi robusta da’a, saraba, dan kripik pisang.
Gembira Pinem juga mengutarakan, produk olahan pangan dari hasil produksinya memiliki rasa yang sudah tidak perlu diragukan lagi, hanya saja yang masih memiliki kekurangan dari sisi produksinya yang masih belum cukup besar dan belum bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar.
Gembira Pinem berharap semoga beberapa komoditi unggulan di Sulawesi Tengah diolah sampai jadi oleh Masyarakat Sulawesi Tengah sendiri.
“Bagusnya itu, kita keluar itu barang jadi, bukan gelondongan kayak kelapa, yang keluar dari Sulawesi Tengah itu VCO atau minyak kelapa. Biarlah orang daerah sendiri yang proses sehingga banyak pabrik-pabrik olahan dari komoditi-komoditi yang ada di Sulawesi Tengah ini,” ujar Gembira Pinem kepada media Sabtu (24/6).
Sementara itu, Ramlah selalu Owner Roastery Prilian Kulawi juga memiliki tantangan produk olahannya masih kecil, akan tetapi permintaan dari konsumen cukup banyak. Stannya memamerkan kopi Sigi.
“Untuk pengolahannya masih kurang memadai, salah satunya untuk proses roasting karena saat ini pengolahannya masih agak kecil karena alat roasting kami kecil, sedangkan yang memesan produk kami banyak, malahan sudah sampai luar daerah Palu,” Ujar Ramlah.
Selain itu, Iwan selaku owner dari Meubel Alifa yang memproduksi olahan limbah kayu yang dijadikan souvenir berharap agar dibuatkan himpunan bagi pelaku usaha dibidang meubel agar ada wadah untuk menyalurkan hasil produksinya.
“Bisa lah kita pengrajin ini dibikin himpunan pengrajin supaya ada wadah menyalurkan kita punya hasil produksi,”Ujar Iwan.
Diharapkan, acara ini dapat menjadi titik awal bagi masyarakat Sulawesi Tengah khususnya Kab. Sigi agar produk mereka dapat dikenal maskarakat luas dan dapat diolah sendiri oleh Masyarakat Sigi agar nilai jualnya semakin baik.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG