Palu Menuju Kota Kebudayaan Ekologis

oleh -

Potensi sumber daya manusia dalam kaitan proses penumbuhan kesadaran ekologis melalui festival dan kehidupan keseharian yang melibatkan anak-anak, remaja dan kaum muda serta kaum ibu.tematik yang melibatkan anak-anak, remaja dan kaum muda menjadi pelatuk strategis berkaitan dengan posisi mereka sebagai pengemban khasanah tradisi dan kebudayaan untuk masa depan.

Salah satu contoh menarik dari beberapa kasus yang pernah saya saksikan sehubungan dengan limbah plastik, misalnya, bagaimana mengolah limbah plastik menjadi bentuk dan berwujud sebagai ekspresi kesenian, seperti kasus di Bandung dan Blitar dan Bali.

Walaupun kegiatan itu masih sayup-sayup, belum menggema menjadi suatu gerakan kebudayaan.

Dalam konteks inilah tematik suatu festival yang berangkat dari kehidupan keseharian bisa dirumuskan kearah gerakan kebudayaan ekologis. Tentu saja khasanah untuk menunjang festival itu bisa diiringi dan disandingi dengan berbagai elemen lainnya yang berkaitan dengan tematik kebudayaan ekologis.

Setelah panjang lebar saya melontarkan dan memaparkan bahan diskusi ini dengan harapan menjadi bahan permenungan kita bersama berkaitan dengan Kota Palu yang pernah mengalami bencana tsunami, kita berharap upaya-upaya kearah perbaikan lingkungan hidup dan tata ruang perkotaan serta wilayah-wilayah lainnya bisa ditangani dengan penuh kebijaksanaan yang didasarkan kepada kesadaran kesejarahan dan khasanah tradisi serta dengan dorongan kebudayaan yang didasarkan kepada visi ekologis.

BACA JUGA :  Mencari Jejak Identitas Kaili Rai di Tengah Arus Modernisasi

Kita menyadari bahwa luka-luka dan dampak psikologis dari bencana yang pernah terjadi masih menjadi beban bagi kita semuanya.

Untuk itu, suatu upaya penyembuhan secara sosial budaya sangat dibutuhkan disamping perbaikan secara teknis-fisikal. Tentu proses ini akan sangat panjang. Namun tetap kita butuhkan agar kehidupan kembali normal dan bangkit untuk menatap dan menjalani masa depan.

Dalam konteks itulah lontaran dan pemaparan bahan diskusi ini saya sampaikan dengan harapan upaya silaturahim pemikiran bisa terus tercipta. Dan pada sisi lainnya, saya pikir, ada baiknya Kota Palu, juga kota-kota lainnya di Sulawesi Tengah kembali mempertimbangan kesadaran ekologis di dalam kehidupan keseharian dan di dalam kegiatan kebudayaan.

BACA JUGA :  Authority Bawaslu Sebelum Penetapan Calon dalam Pemilihan Kepala Daerah

Saatnya kita kembali merenungi makna dan nilai-nilai khasanah leluhur yang bijak yang selalu dengan hikmat memandang dan meresapkan lingkungan hidup sebagai kesatuan yang tak terpisahkan.

Secara praktis, lontaran pemaparan bahan diskusi ini juga ingin mengajak Walikota Palu (dan pengelola kota-kota lainnya di Sulawesi Tengah) serta Gubernur Sulawesi Tengah beserta pengelola lembaga-lembaga seni-budaya di Kota Palu dan Sulawesi Tengah untuk mempertimbangkan secara visioner tentang makna serta nilai dari kehidupan kebudayaan dalam kaitannya dengan festival.

Selama ini kita menyaksikan banyak festival tak mendasarkan dirinya kepada kebutuhan warga-masyarakat-komunitas, dan pada sisi lainnya, festival-festival itu juga tak memiliki tematik yang kuat.

BACA JUGA :  Menakar Manfaat dan Pengaruh Debat Publik Paslon dalam Pilkada 2024 bagi Pemilih di Sulteng

Lontaran dan pemaparan tentang festival senibudaya dengan kaitan kesadaran ekologis merupakan usaha untuk merumuskan langkah-langkah strategis di dalam kehidupan sosialbudaya, dan menjadikan festival dan aktifitas warga-masyarakat-komunitas sebagai basis dari gerakan kebudayaan ekologis.

Selama ini di Indonesia belum pernah ada suatu festival dengan rencana kerja jangka panjang yang mendasarkan diri kepada hal tersebut.

Jika pengelola Kota Palu bisa melakukan suatu gerakan kebudayaan ekologis yang didasarkan kepada aktifitas keseharian dalam seni-budaya dan festival dengan tematik ekologis, sangat mungkin Kota Palu menjadi pelopor dari kehidupan kebudayaan dengan visi yang jauh ke depan, yang memandang ruang khasanah tradisi dan khasanah eksploratif dengan dinamis dan meletakan hal itu sebagai basis dan prinsip di dalam menciptakan sistem produksi tatanan nilai yang baru bagi generasi yang akan datang.