Palu Menuju Kota Kebudayaan Ekologis

oleh -

Kebudayaan senantiasa berubah. Hal itu merupakan kebutuhan manusia untuk menghadapi zaman melalui strategi kehidupannya bersama nilai-nilai yang digenggamnya.

Dalam konteks perubahan kebudayaan yang didasarkan kepada kebutuhan itulah suatu masyarakat menciptakan upaya taktis dan strategis yang didasarkan kepada tatanan nilai yang dimilikinya.

Berkaitan dengan hal ini, maka proses reflektif yang mengandung daya penilaian ulang yang bersifat internal criticism menjadi penting sehubungan konteks kebutuhan zaman.

Di sini kita dapat melihat suatu proses kembali belajar dan menilai ulang tatanan nilai dan sekalgus melakukan uji coba, eksplorasi terhadap khasanah yang dimiliki untuk kebutuhan pembaharuan.

Pada dasarnya, prinsip dari nilai-nilai modernitas adalah kapasitas seseorang atau suatu masyarakat untuk selalu menilai kembali apa yang menjadi miliknya dan sekaligus melakukan perumusan kembali sistem nilai untuk zaman yang dihadapinya.

BACA JUGA :  Mencari Jejak Identitas Kaili Rai di Tengah Arus Modernisasi

Penilaian ulang, eksplorasi, uji coba kearah pembaharuan menjadi bagian penting dari kehidupan kebudayaan, khususnya dengan posisi kaum muda yang sedang mencari ruang-ruang kemungkinan berekspresi, dan sekaligus kearah wujud baru kehidupan kesenian.

Kondisi ini sangat membutuhkan ruang dan dukungan agar wujud pembaharuan dari hasil pertemuan antara khasanah tradisi dengan upaya reflektifitas itu bisa tumbuh dan berkembang. Untuk hal itu pula maka jenis festival eksploratif ini perlu dan penting diselenggarakan.

Kedua jenis festival dengan tema pertautan khasanah tradisi dan eksplorasi ini hanya bisa berjalan secara maksimal jika kedua jenis festival itu menjadi kehidupan keseharian di dalam ruang-ruang TBST-BCC yang menyediakan studio sebagai laboratorium kebudayaan.

BACA JUGA :  Authority Bawaslu Sebelum Penetapan Calon dalam Pemilihan Kepala Daerah

Festival tematik yang didasarkan kepada upaya untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia yang didasarkan dari proses kesinambungan antara proses keseharian dengan puncak acara pada suatu peringatan tahunan dapat dikembangkan kepada berbagai bentuk, seperti festival pedesaan sampai dengan festival di wilayah perkotaan dan propinsi maupun yang bersifat nasional dan internasional.

Namun yang terpenting dari upaya untuk menciptakan berbagai bentuk festival itu hendaknya, sekali lagi, mesti didasarkan kepada kebutuhan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam konteks potensi sumber kebudayaan yang memiliki kaitan kuat dengan lingkungan hidup yang bersifat ekologis.

Kaitan antara tematik festival dengan proses penumbuhan kesadaran ekologis ini sangat perlu diperhatikan khususnya kepada kaum muda, remaja dan anak-anak, sehubungan dengan kondisi lingkungan hidup kita yang kini kian ringkih dampak dari polusi udara, polusi suara dan limbah plastik yang kian merajalela.

BACA JUGA :  Menakar Manfaat dan Pengaruh Debat Publik Paslon dalam Pilkada 2024 bagi Pemilih di Sulteng

Upaya ini bisa dikaitkan dengan proses reboisasi wilayah perkotaan (urban) dan pesisir. Reboisasi wilayah urban dan pesisir sangatlah penting mengingat pertumbuhan dan perkembangan perkotaan yang kian gersang, dan pada sisi lain, pertumbuhan dan perkembangan wilayah urban ini ikut menciptakan perubahan cuaca dan iklim secara drastis.