PALU – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan 59 kasus pneumonia (radang paru-paru) di Wuhan, Tiongkok. Wabah tersebut pertama kali terdeteksi di Wuhan pada 12 Desember 2019.
Penyakit itu diduga disebabkan oleh virus corona sebagai virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Menyikapi itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama seluruh jajaran langsung melakukan antisipasi agar penyakit tersebut tidak menyebar sampai ke Indonesia. Antisipasi yang dilakukan antara lain melakukan deteksi, pencegahan, respon jika ditemukan pasien dengan gejala pneumonia berat.
Di Sulteng sendiri, termasuk Kota Palu, menjadi salah satu tempat tujuan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri dari masyarakat, jangan sampai di antara TKA yang masuk sudah terjangkit penyakit tersebut.
Meski demikian, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palu sendiri menyatakan bahwa sejauh ini pihaknya belum menemukan adanya kasus penyakit pneumonia tersebut.
“Penyakit pneumonia yang dimaksud tersebut tidak ada di Palu. Kalau di Tiongkok memang ada sejumlah kasus dan bisa dikategorikan kejadian luar biasa. Namun itu di sana,” kata Kepala Dinkes Kota Palu, dr Husaema kepada MALOnline, Selasa (21/01).
Menurutnya, jika wabah penyakit tersebut telah masuk ke Indonesia, tentunya pihak Kemenkes RI tak akan tinggal diam.
“Kami juga pasti mendapatkan pemberitahuan atau penyampaian terkait hal itu. Jadi sejauh ini Palu masih aman,” tetgasnya.
Terkait pengendalian penyakit tersebut, lanjut dia, pihaknya terus memantau melalui bidang yang yang ada dan cenderung akan mendapatkan laporan jika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) melalui rumah sakit yang ada.
“Di Palu kita punya Dokter Spesialis Paru-Paru sebanyak dua orang yang bertugas di RS Undata dan RS Anutapura,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Palu itu menjelaskan, penyakit pneumonia merupakan gangguan pada bagian dalam karena telah mengganggu saluran pernafasan.
“Di paru-paru itu ada kamar-kamar tempat penyimpanan udara yang kita hirup setiap saat. Nah, kalau pada kamar tersebut telah terjadi gangguan, seperti terjadinya pembengkakan dan sebagainya, maka itulah yang menyebabkan tergganggunya fungsi alat pernafasan dalam tubuh manusia,” jelasnya.
Gejala umumnya sendiri adalah demam, batuk, dan sulit bernapas.
Di Kota Palu sendiri, lanjut dia, penyakit yang masih banyak terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) atau masyarakat umum menyebutnya dengan Influenza atau flu.
Hal senada juga disampaikan Kepala Dinkes Sigi, Roland Franklin. Menurutnya, sejauh ini belum ada informasi mengenai adanya penyebaran penyakit tersebut di Kabupaten Sigi.
Selama ini, kata dia, kalau ada kejadian seperti ini, biasanya ada surat edaran dari Kemenkes ke Dinkes provinsi, lalu diteruskan ke pihaknya di daerah.
“Tapi sampai sekarang kami belum menerima surat edaran untuk menindaklanjuti perihal upaya pencegahan dan sebagainya. Makanya kami juga belum bisa mengambil langkah seperti apa dan bagaimana ke depannya karena ini lebih spesifik dan petunjuknya dari surat edaran itu,” terangnya. (HAMID/RIFAY)