Nikmati Hidup Hari ini

oleh -
Ilustrasi. (Youtube Simply Slowly)

Adalah hal yang keliru untuk tidak dikatakan salah, bila manusia menanggung beban masa depannya yang masih jauh pada saat sekarang ini. Bila seseorang berangan-angan maka pemikirannya beralih ke ruang tanpa batas, yang segera dipenuhi oleh bisikan, praduga dan kecemasan yang segera mencengkramnya. Keraguan dan kegelisahan itu semua akan menipu kita. Mengapa tidak hidup dalam batas harimu yang ini saja.

Sikap seperti itu agak cocok  dari nasihat  Rasulullah SAW “Barang siapa bangun di pagi hari dengan hati tenang, badan yang sehat, memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dunia telah ditundukkan seluruhnya kepadanya. (H.R. At Tirmidzi)

Jika telah terbit subuh, Khalilullah Ibrahim As  berdoa, “Ya Allah ini adalah ciptaan (hari) baru, maka bukakanlah ia untukku dengan ketaatan kepadaMU dan tutuplah dengan ampunan dan ridha-Mu. Ya Allah berilah aku rezeki di dalamnya dengan penerimaan yang baik dariku, tumbuhkan dan lipat gandakan ia untukku, dan ampunilah untukku keburukan yang aku ketahui ada padanya. Sesungguhnya engkau Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Mulia,”

Beliau berkata, “ Barang siapa yang berdoa dengan doa ini di pagi hari, maka ia telah mensyukuri harinya.”

BACA JUGA :  Anwar Hafid Yakin Program Satu Rumah Satu Sarjana Bisa Mengantar menuju "Sulteng Emas 2045"

Dalam keseharian Rasulullah SAW, beliau menunjukkah kebenaran cara ini dalam menata kehidupan, menghadapi setiap bagiannya dengan penuh semangat dan harapan baru. Apabila tiba waktu pagi Rasulullah berkata, “Kami berada di waktu pagi, dan menjadilah kerajaan milik Allah. Segala puji bagiNya, tidak ada sekutu bagi Nya, Tidak ada Tuhan selain Dia, dan hanya kepadaNya tempat kembali.” Dan jika tiba waktu senja , beliau mengucapkan, “Ya Allah, aku mendapati waktu sore dari Mu dalam kenikmatan, keafiatan dan perlindungan. Maka sempurnakanlah untukku nikmat Mu, ke’afiatan dari Mu dan perlindungan Mu di dunia dan akhirat…” (H.R. At Tirmidzi)

Sebagian manusia meremehkan pemberian Allah SWT kepadanya berupa keselamatan dan ketenangan diri dan keluarganya. Terkadang kelalaian besar ini semakin menjadi-jadi dan bertambah akibat hilangnya harta kekayaan dan kekuasaan. Sikap seperti ini sama halnya dengan lari dari kenyataan, merusak agama dan dunia.

BACA JUGA :  Dampak Nikel, Analisis: Ekonomi Tumbuh, Rakyat Terpinggirkan

Konon, suatu hari seorang laki-laki bertanya kepada Abdullah bin Amir bin Ash, “Bukankah aku ini termasuk orang miskin dari kalangan muhajirin?” Abdullah pun balik bertanya, “Apakah engkau memiliki istri tempat mencurahkan kasih sayang? Dia menjawab, “Ya”. Lalu Abdullah bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki rumah sebagai tempat tinggal? Dia menjawab “Ya”. Maka Abdullah pun berkata “Engkau termasuk golongan orang kaya,”. Orang itu pun menambahkan “saya juga memilliki seorang pelayan,” Lalu Abdullah berkata “Kalau begitu engkau termasuk golongan Raja,” jawab Abdullah.

Simak petuah Abu Hazim yang mengatakan “sesungguhnya antara aku dan para raja itu sama-sama berada dalam hari yang sama. Hari kemarin sudah tidak mereka rasakan lagi lezatnya. Sedangkan esok hari , aku dan mereka sama-sama mengkhawatirkannya… Jadi yang ada hanyalah hari ini.”

BACA JUGA :  Jalan Menuju Kebaikan

Sosok saleh yang fakir ini mengingatkan para raja dan bangsawan bahwa kelezatan hidup di masa lampau akan sirna bersama berlalunya hari.

Dengan demikian yang tersisa hanyalah “hari ini” dimana bagi orang yang berakal akan mengoptimalkannya pada setiap detiknya. Dalam bingkai “hari ini’ juga seorang yang mampu menata diri dan memantapkan tujuan akan berubah menjadi raja!

Hidup dalam batasan hari ini bukan berarti apatis dengan masa depan dan tidak mempersiapkan diri untuk menyongsongnya karena persiapan akan hal itu merupakan hal yang baik dan rasional. Hanya ada perbedaan antara perhatian dan kekhawatiran akan masa depan dengan menghadapinya secara berelebihan, juga antara beraktivitas hari ini dan kecemasan tentang apa yang telah dipersiapkan untuk esok. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)