PALU – Ratusan nelayan di Kelurahan Mamboro hingga kini masih belum bisa melakukan aktivitas melaut secara normal, pascabencana gema bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda Kota Palu dan sekitarnya.
Pada peristiwa itu, mereka mengalami kerugian jutaan rupiah dan kehilangan alat melaut, seperti perahu dan sebagainya.
Salah satu nelayan, Iskandar (48), Kamis (06/12), mengaku mengalami kerugian hingga Rp30 juta. Ia kehilangan dua buah kapal yang di dalamnya terdapat mesin dan sejumlah jaring yang sering ia gunakan untuk melaut.
Saat tsunami yang datang secara tiba-tiba itu, Iskandar baru saja tiba dari melaut.
Kepada media ini, pria separuh baya itu menguraikan cerita saat-saat dirinya dihempas gelombang tsunami sejauh 100 meter. Sedangkan kapal miliknya hancur tak bersisa.
“Tapi saya tetap bersykur karena masih selamat dan keluarga saya juga selamat dari bencana waktu itu,” kata Iskandar, saat ditemui di pantai Mamboro, Jalan Labuan Beru.
Saat ini, ayah enam anak itu terus berjuang untuk menghidupi keluarganya dengan cara melaut, meski menggunakan perahu kecil milik adiknya, sebab bantuan yang dijanjikan pemerintah tak kunjung tiba.
“Disini semuanya seperti itu pak, kalau ada perahu yang masih bisa diperbaiki, ya kita perbaiki kemudian dipakai lagi untuk melaut,” sebutnya.
Aktivitas melaut di pantai itu pun terpantau belum normal, hanya ada satu sampai tiga saja katinting nelayan yang beraktivitas.
“Dan itupun tidak lama, paling mereka hanya dua sampai tiga jam saja melaut dan hanya di pinggir-pinggir ini saja. Belum ada yang berani ke tengah-tengah sana,” ujar Iskandar.
Menurutnya, pendataan dari pemerintah setempat sudah dilakukan. Bahkan salinan KTP maupun Kartu Keluarga miliknya sudah disetor, tinggal menunggu proses selanjutnya.
Demi istri dan anak-anaknya, Iskandar hanya bisa bersabar dan melakukan sebisanya untuk keluarga kecilnya itu, agar terus dapat bertahan hidup pascagempa bumi, tsunami dan likuifaksi. (FALDI)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.