MOROWALI – Sejumlah perempuan yang terdaftar sebagai nasabah di Bank Sampah Sidaya, menabung sampah plastik untuk meringankan pembayaran biaya pendidikan anaknya.
Bank Sampah Sidaya dikelola oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Ara Sinergi Berdaya yang merupakan binaan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)
Sumiati (50), warga Desa Labota yang terdaftar sebagai nasabah di Bank Sampah Sidaya sejak Januari 2024, mengakui bahwa hasil dari tabungan sampahnya bisa dipakai untuk membayar biaya SPP sekolah anaknya dan kebutuhan sehari-hari.
“Sejak 5 bulan terakhir saat menjadi nasabah di Bank Sampah Sidaya, saya berhasil mengumpulkan 1 ton sampah plastik. Dengan nilai tabungan saat ini sudah mencapai Rp1.567.000. Jumlah ini sudah menutupi biaya SPP anak saya untuk beberapa bulan ke depan serta memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucap Sumiati, Selasa (09/07).
Menurutnya, hasil dari memungut sampah plastik sangatlah kecil, di mana sampah botol plastik bening bersih hanya dihargai Rp2.000 per kilogram dan botol plastik bening kotor Rp1.200 per kilogram.
Sementara di Bank Sampah Sidaya, para ibu bisa menjual 22 item sampah, antara lain botol kaca (warna hijau dan bening merk ot), tutup galon, botol oli, botol plastik bening bersh tanpa tutup dan label), botol plastik bening kotor (dengan tutup dan label), 3 botol plastik warna bersih tanpa tutup dan label) dan botol plastik warna kotor (dengan tutup dan label).
Sejak 6 bulan terakhir, sampah plastik yang ditabung atas kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sudah mencapai 5 ton dan perputaran uang pada manegemen Bank Sampah Sidaya sebesar Rp8 juta.
Koordinator Community Development (Comdev)/CSR Departemen External PT IMIP, Raden Tommy, mengatakan, program edukasi soal sampah serta munculnya kepedulian sekelompok ibu di Desa Labota jadi acuan lahirnya Bank Sampah Sidaya.
Dalam hal ini, kata dia, PT IMIP mengambil peran untuk penguatan kelembagaan bank sampah dengan mendukung operasional, tenaga ahli, serta mengajarkan manajemen pengelolaannya.
“Untuk di Bank Sampah Sidaya kami masih tahap pemilahan, namun untuk di Bank Sampah Bahomakmur kita sudah memiliki insinerator dengan menggunakan teknologi plasma yang dapat membakar sampah tanpa menghasilkan gas beracun dan aman,” ujar Tommy.
Untuk mengurangi banyaknya sampah yang berserakan di pemukiman warga, piahaknya merencanakan membuat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di 12 desa yang ada di Kecamatan Bahodopi. *