OLEH : Habib Ali Bin Muhammad Aljufri*
Orang yang mulia adalah mereka yang memiliki tekad yang kuat. Memiliki kecemburuan, semangat, dan gairah untuk kebaikan terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling memiliki semangat dan gairah agar orang lain mendapat kebaikan. Dan cemburu kalau orang lain melanggar perintah Allah.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, terdapat sebuah hadits bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengomentari Saad bin Ubadah yang mengatakan, Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan istriku, maka pastilah aku akan pukul dia dengan pedang, tanpa memukulnya dengan yang tumpul (tapi dengan bagian yang tajam).” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Apakah kalian merasa heran karena kecemburuan Saad? Demi Allah, aku benar-benar lebih cemburu dari dia. Dan Allah, lebih cemburu dari aku. Karena kecemburuan Allah, Dia mengharamkan segala yang keji, yang nampak maupun yang tersembunyi.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang paling pencemburu dibanding orang-orang beriman. Dan sifat seorang mukmin itu pencemburu. Allah mencitai orang-orang yang memiliki sifat pencemburu. Ia cemburu kalau ada orang berbuat maksiat. Cemburu mengapa orang tersebut lebih mendahulukan nafsunya dibanding menaati Allah. Cemburu juga terhadap anggota keluarganya. Apabila seseorang, khususnya laki-laki, tidak memiliki sifat cemburu, ia akan menjadi seorang dayuts. Seseorang yang membiarkan kemungkaran terjadi di rumahnya. Sementara terdapat sebuah hadits: “Dayyuts tidak akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud ath-Thayalisi dan Ibnu Khuzaimah).
Kecemburuan seorang mukmin timbul tatkala melihat saudaranya yang seiman mela kukan perbuatan yang menya lahi aturan agama. Ketika ke cemburuan ini muncul, hal itu akan membangkitkan rasa cinta.
Sehingga, ia tidak akan mem biarkan saudaranya ce laka. Ia akan berupaya untuk melakukan perbaikan dan melenyapkan kemungkaran yang dilakukan saudaranya dengan nasihat, hikmah, dan sikap bijaksana. Rasul bersabda, “Agama itu adalah nasihat. Nasihat kepada Allah, kepada kitab-Nya, ke pada Rasul-Nya, dan kepada seluruh umat Muslimin.” (HR Muslim).
Dalam Alquran, Allah SWT mengingatkan, “Serulah (ma nu sia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah me reka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS an- Nahl [16]: 125).
Cemburu demi kebenaran dan ketaatan merupakan dasar tegaknya amar makruf nahi mungkar. Bila tidak terdapat kecemburuan dalam hati seorang yang beriman, sudah pasti tidak ada motivasi untuk me ngajak pada kebaikan dan men cegah kemungkaran. Jika hal ini terjadi, Allah akan me nurunkan siksa secara merata kepada kita sekalian.
“Tidaklah satu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di kalangan me reka terdapat orang yang mam pu mencegahnya dari me reka, namun ia tidak melaku kan nya, melainkan Allah mera takan siksa dari-Nya kepada mereka.” (HR Tirmidzi).
Agar kecemburuan ini tertanam dalam diri kita, upaya yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan rasa cinta ke pada saudara-saudara kita. Semakin besar rasa cintanya, akan semakin besar pula rasa cemburunya.
Dengan cara ini, seorang mukmin sangat tidak meng inginkan bila saudaranya itu celaka, tetapi mengingin kan saudaranya itu bersama-sama mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan, baik dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat kelak. Wallahul Mustaan
*Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat periode 2014-2019