PALU – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Prof. KH. Zainal Abidin, menerangkan bahwa puasa di bulan suci Ramadan bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengandung makna yang dalam sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan, kesabaran, dan solidaritas sosial antar umat beragama.
Menurut Prof. KH. Zainal Abidin, puasa merupakan momentum refleksi diri dan kesempatan bagi setiap individu untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT serta sesama manusia. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu, baik dalam bentuk fisik maupun emosional. Hal ini, kata dia, merupakan bentuk latihan kesabaran dan pengendalian diri.
Lebih lanjut, Guru Besar UIN Datokarama Palu ini menjelaskan bahwa hikmah dari puasa juga mencakup peningkatan rasa empati terhadap orang lain yang kurang beruntung.
Dengan merasakan lapar dan dahaga, umat Islam diingatkan untuk lebih peduli terhadap sesama. Selain itu, puasa juga mendorong peningkatan jiwa sosial melalui berbagai bentuk kebaikan, seperti berbagi makanan dan sedekah kepada fakir miskin.
“Pentingnya menjaga kebersihan hati dan memperbanyak ibadah selama Ramadan. Bulan Ramadan jelas kesempatan kita untuk memperbaiki diri, meningkatkan ibadah, serta mempererat silaturahmi umat beragama,” ujar KH. Zainal Abidin, Senin (3/3) siang.
Ia juga mengajak umat Islam untuk memanfaatkan bulan suci ini dengan sebaik-baiknya.
Ia menekankan pentingnya memperbanyak kebaikan selama Ramadan sebagai momentum perubahan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.
“Marilah kita jalani dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan agar dapat meraih derajat takwa yang sesungguhnya,” pungkasnya.
Reporter : Nanang IP
Editor : Yamin