DESA Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso dengan jumlah sekitar 177 kepala keluarga dan 500 jiwa lebih memiliki padang pengembalaan ternak kerbau. Luasan padang ini berkisar 300 hektare dan hampir sebagian warga Tokilo peternak kerbau.

Padang penggembalaan ini dihuni sekitar 700-an kerbau, itu sebelum uji coba Poso I Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PT Poso Energy. Setelah uji coba Poso 1 akhir 2019 muka air danau naik dan merendam seluruh padang pengembalaan tersebut. Akibatnya, sekitar 94 kerbau mati dan telah mendapat kompensasi dari PT. Poso Energy.

Dari 700 kerbau tersebut tersisa kerbau 400 ekor, sementara yang lainnya dijual oleh pemiliknya sebab luasan padang pengembalaan untuk makan kerbau berkurang. Sementara dari luasan 300 hektare (Ha) tersebut, hingga kini tersisa sekitar 100 Ha tidak terendam dan ditumbuhi rumput sebagai pakan bagi sekitar 200 ekor kerbau.

Ratusan ekor kerbau itu , jangan dikira kerbau liar atau tidak ada pemiliknya. Ratusan kerbau itu ada pemiliknya, selain warga Desa Tokilo, ada milik warga desa tetangga Tindoli, Tentena dan Desa Pendolo.
Lalu bagaimana mengindentifikasi pemilik kerbau yang ratusan ekor tersebut, walaupun tidak diikati tali atau cap (tanda khusus tertentu).

Semua warga atau pemilik ternak kerbau pasti mengenalnya, dialah Moris Tosadu (40) warga Desa Tokilo. Sejak masih anak-anak sekolah kelas 2 Sekolah Dasar (SD), ia sudah dekat dengan kerbau, hingga kini telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak, dia semakin ahli dia mengetahui jenis, harga dan bahkan siapa pemilik kerbau yang ratusan itu.

Tidak jarang, pemilik kerbau tidak mengenal lagi kerbaunya, maka boleh dibilang Moris Tosadu, jadi tumpuan warga bertanya mana kerbau miliknya.

Ternyata untuk mengidentifikasi siapa pemilik kerbau yang ratusan di padang pengembalaan itu, setiap pekan Moris akan masuk dan melihat, serta mengawasi kerbau-kerbau itu.

Dari situlah Ia lebih kenal dan tahu kerbau-kerbau itu pemiliknya siapa. ” Tetap ditahu, sebab setiap kerbau itu beda,” kata Moris meyakinkan saat ditemui di Desa Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara, Kabupaten Poso pekan ini.

Moris Tosadu sendiri hingga kini memiliki sedikitnya 43 ekor kerbau. Puluhan kerbau itu ada yang dibelinya, sebagian juga kerbau bagi hasil dari warga yang menitipkannya untuk dilihat atau diawasi Moris di padang penggembalaan.

Bila ada warga menitipkan kerbaunya kepada Moris, maka bagi hasil dengan sistim 2- 1. Artinya bila ada indukan kerbau yang beranak 3 maka 2 untuk pemilik kerbau dan 1 ekor untuk yang mengawasi.

Dia juga punya cara tersendiri hingga membuat kerbau-kerbau tersebut jinak dan menurut padanya. Kiatnya yakni memberi makan kerbau-kerbau itu dengan garam dicampur air, dengan begitu kerbau tersebut jinak.

Dan Moris Tosadu sendiri dikalangan masyarakat Tokilo dan sekitarnya dikenal jujur. Sebab seandainya ia tidak jujur, maka kemungkinan, sudah ada konflik antar pemilik kerbau, sebab saling klaim.

“Selama ini saya kenal Moris orang yang jujur. Kalau ada ternak yang melahirkan atau dicuri orang pasti dia sampaikan ke pemiliknya,” kata Benhur Pondoke salahsatu peternak kerbau desa Tokilo.

Bahkan Benhur Pondoke berucap, bagaimana seandainya Moris ini mengalami sesuatu hal tak diduga. Menurutnya, pasti terjadi kekacauan, karena mereka tidak tahu mana kerbaunya sebab tidak ada tanda cap.

Benhur sendiri mengakui , kalau dia hanya mengenal kerbau miliknya sendiri, tapi kalau kerbau milik orang lain atau anakannya sudah tidak bisa mengenalnya.

Tapi kalau Moris kata Benhur, biarpun sampai anaknya dan model kerbau dia tahu siapa pemiliknya. Itulah talenta dan keunikan dimiliki Moris.

Dari Moris pulalah informasi siapa pemilik 94 ternak kerbau yang mati saat ujicoba Poso 1 PLTA disampaikan kepada pemerintah desa, hingga akhirnya PT. Poso Energy bisa memberikan kompensasi bagi pemiliknya.

Reporter: Ikram
Editor: Nanang