Minimalkan Klaim Kebenaran

oleh -
Ilustrasi. (bmtfastabiq.co.id)

Budaya saling menyalahkan, merasa yang paling benar, serta senang melihat kesengsaraan yang dihadapi oleh sesamanya merupakan penyakit yang harus segera dihilangkan.

Manusia merupakan makhluk sosial yang terikat dan bersaudara antara satu dan yang lainnya. Maka, berbuat kebaikan kepada siapa pun menjadi mutlak dilakukan untuk menciptakan hubungan antara sesama manusia yang humanis.

Bagi kita  umat Islam tentulah tidak mudah terjebak dalam klaim kebenaran itu. (truth-claim). Mengapa? Karena kita tahu monopoli kebenaran itu dapat menutup pintu pada keterbukaan dan kebinekaan.

Padahal, tidak ada seorangpun yang dapat menembus pemahaman agama secara sempurna karena keterbatasan akal manusia.

Maka wajar belaka bila kemudian kaalau manusia berbeda-beda dalam agama. Sebab, kebenaran tafsir atas wahyu adalah relatif. Para mufassir adalah culturalbroker yang menjembatani yang tidak terbatas’ dengan ‘yang terbatas’.

Untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan klaim kebenaran itu, kita sejatinya untuk saling ingat mengingatkann.  Maka seseorang akan merasa beruntung bila ia menggunakan waktunya untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

BACA JUGA :  Ibadah Mudah dan Murah

Memang, alangkah indahnya bila kehidupan kita sudah disemarakkan dengan semangat saling menasihati. Betapa tidak? Setiap orang butuh keselamatan. Selamat dari kerusakan, kebodohan, kecelakaan, kekurangan, kelalaian, dan kesalahan.

Bentuk cinta dan kasih seseorang terhadap yang lainnya adalah dengan menasihati supaya tidak terjun dalam kubangan kesalahan dan dosa.

”Demi masa. Sesungguhya, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-Ashr [103]: 1-3).

Seorang Muslim tidak akan rela melihat saudara se-Muslim lain berbuat kesalahan yang dapat menjauhkan dirinya dari pertolongan syariat.

BACA JUGA :  Akibat Membiarkan Kemaksiatan

Makna dari nasihat adalah ‘menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran’, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan perbuatan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mengajaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang malah dapat menjauhkan diri dari-Nya.

Merupakan tugas setiap Muslim baik perempuan maupun laki-laki untuk saling menasihati seperti dalam firman-Nya, ”Dan, hendaklah ada dari antara kamu segolongan umat yang berseru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104).

Namun demikian, terkadang banyak yang mau menasihati orang lain, memberikan koreksi, bahkan mengkritik. Tapi, sayangnya, ketika ia sendiri yang dikoreksi dan dinasihati, terkadang sulit sekali untuk berlapang dada menerimanya.

BACA JUGA :  Ibadah dan Isti’anah

Nasihat yang baik yang boleh kita sampaikan adalah nasihat yang benar, mengandung muatan positif, dan tentunya penuh makna serta manfaat bagi semua orang, yaitu mengajak pada kebajikan dan menjauhi kemungkaran yang berdasarkan Alquran dan sunah.

Dan, bukanlah sebaliknya, menganjurkan kemungkaran dan melarang untuk mengerjakan kebajikan. Apa pun yang kita sampaikan jika itu benar, alangkah baiknya bila cara menyampaikannya pun benar.

Dengan nasihat, kita harus membantu yang lupa agar menjadi ingat, membantu yang lalai agar menjadi semangat, yang tergelincir menjadi bangkit kembali, yang berlumur dosa menjadi bertobat.

Intinya, kalau dilandasi niat yang baik, tentu akan melahirkan kebaikan pula. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)