Meninggal dunia, memang peristiwa yang ‘mengerikan’ bagi sebagian orang. Tapi pernahkah Anda bermimpi meninggal dunia? Jika memang jawabannya pernah, maka patutlah mawas diri.
Meski pada dasarnya pengertian mimpi adalah bunga tidur. Terjadinya mimpi juga dipengaruhi dengan apa yang kita pikirkan, tetapi bagi Ibnu Sirin dalam kitabnya yang berjudul “Ta’bir ar-Ru’ya”, mimpi tersebut bisa menjadi pertanda buruk bagi Anda.
Menurut sosok yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Sirin al-Anshari itu, mimpi meninggal bisa diartikan kerusakan dalam agama seseorang sekalipun ada kemuliaan di dunia. Ini bisa terjadi bila kematiannya itu disertai dengan tangisan dan rintihan serta ditandu di atas pundak laki-laki dan belum dikubur. Bila sudah dikubur, maknanya berbeda lagi.
Rasulullaah SAW berkata: “…Ingatlah kematian, demi Dzat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis.” (Shahih Muslim).
Cepat atau lambat, alam kubur adalah tahapan yang pasti akan kita jalani. Tahapan kubur ini menjadi penentu sebelum menapak ke fase berikutnya, yaitu padang masyhar, pengadilan Allah SWT.
Jika sukses kita di fase ini, insya Allah di perjalanan berikutnya kita pun akan sukses, yang puncaknya dengan kehidupan penuh kenikmatan di Jannatun Na’im (surga). Sebaliknya, jika kita gagal di fase ini, dapat dipastikan kegagalan juga yang didapati di fase berikutnya, yangg diakhiri dengan penderitaan tak terperi di neraka jahanam. Na’udzubillah.
Semua tahu itu, tapi kadang kita lalai untuk bersiap diri. Pernahkan kita memikirkan bila kemarin kita mengantarkan teman ke kuburnya, dan mungkin besok atau lusa giliran kita yg diantarkan ke kubur? Dan bila saat itu datang, apakah kita telah benar-benar siap? Akankah kita menyalahkan Yang Maha Pemurah karena tak memberikan kesempatan dan peluang bagi kita untuk bersiap diri?
Sering kita dikejutkan dengan berita orang-orang terkenal mulai dari tokoh masyarakat hingga para selebriti yg telah meninggalkan dunia ini selamanya, padahal masih terngiang prestasi atau karya-karyanya di dunia ini. Bahkan orang-orang di sekitar kita, apakah anggota keluarga, teman dekat atau pun tetangga yang telah meninggalkan kita selamanya, padahal sebelumnya kita masih berjumpa dan bercanda dengan orang-orang yg kita cintai tersebut.
Sayangnya tipu daya setan dan beratnya beban hidup membuat kita terlena, hingga kita selalu merasa mendapat “giliran” paling akhir untuk menghadap-Nya.
Sebenarnya itu semua bagian dari awal peringatan dari Yang Maha Pemurah bagi kita untuk bersiap diri. Selain “sinyal-sinyal” lain yg diberikan Allah SWT kepada diri kita secara langsung. Rambut yg telah berubah warna; mata yang dulunya tajam dan sangat awas sekarang mulai memudar kemampuannya; gigi yang dulunya kuat melahap makanan apa saja, sekarang mulai terasa ngilu kalau menguyah, bahkan beberapa di antaranya mulai tanggal.
Belum terlambat untuk merenungi ayat ini: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut: 64).
Marilah kita mulai dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya dengan segenap kemampuan kita. Mari kita pastikan, tiada hari yg terbuang tanpa nilai ibadah kepada-Nya, walau itu hanya seulas senyum, tegur sapa serta jabat tangan yang iklhas kepada orang-orang di sekitar kita.
Insya Allah bila tiba giliran kita menghadap-Nya, tak ada teriakan penyesalan dari kubur kita. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)