PALU- Tim Bantuan Medis Arteria Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu, tahun ini mendapatkan satu pengalama baru lagi. Untuk pertama kalinya, mereka berpuasa di lokasi bencana.

Bahkan tidak hanya itu, mereka menjalani rukun Islam ketiga itu di tengah masyarakat yang berpenduduk mayoritas beragama Kristen, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Lembata.

” Iya, benar Pak, ini pengalaman pertama kami berpuasa di lokasi bencana. Di tengah masyarakat mayoritas non muslim. Jauh dari keluarga. Karena ini tugas kemanusiaan, kami ikhlas melakukannya. Doakan kami,” kata dr Zulfikar, pada MAL Online, Rabu (14/4).

Dokter spesialis bedah ini mengakui. mereka hanya sahur seadanya dengan air putih. dan makanan ringan sekedar mengganjal perut mereka menjalankan ibadah puasa.

Usai shalat Shubuh, ia memimpin tim melakukan briefing awal. Tim diarahkan melakukan skrining sejumlah pasien yang post op dan pasien yang pulang paksa dari rumah sakit.

Selanjutnya, tim melakukan perawatan luka post operasi dan eduksi pasien, untuk dapat ditangani di rumah sakit. Kemudian, dilanjutkan dengan mengunjungi beberapa titik pengungsian di Posko Aula Kelurahan Timur  kecamatan Lawoleba. Di tempat itu, tim melakukan perawatan luka post operasi.

Usai dari tempat itu, tim menuju ke salah satu rumah warga di lingkungan Wangatoa, Kelurahan Sengandoro. Di rumah ini, kata dr Zulfikar, mereka memberikan edukasi terhadap seorang bapak yang mengalami patah tulang paha.

“Tim memberikan edukasi, tetapi pasien tetap bersikeras tidak mau dioperasi. Akhirnya kami memberikan terapi suportif saja,” kata dr Zulfikar

Walaupun tengah berpuasa, tanpa kenal lelah tim melakukan kunjungan selanjutnya  ke desa Lusikawak kelurahan Loweleba Barat. Di tempat ini, tim melalukan perawatan luka kepada pasien korban banjir dari Desa Amakaka, Kecamatan Iliape.

Setelah itu, tim melanjutkan pelayanan ke titik pengungsian yang berada di Desa Bunga Muda, Kecamatan Iliape. Perjalanan ke desa itu memakan waktu satu jam. Di sana, tim memberikan pelayanan kesehatan kepada 22 pasien.

dr. Zulfikar melanjutkan, meski sedang berpuasa, mereka sepakat menuju titik pengungsian yang berada cukup jauh dalam kebun warga di Desa Tadaliki, Kampung Kalabahi 1.

Menurut dr Zulfikar, desa tersebut merupakan desa terpencil yang belum pernah mendapatkan pelayanan medis sebelumnya. Mereka memberikan layanan medis pada 50 jiwa.

“Tim terpaksa berbuka ditengah jalan saat balik pulang ke posko tim di Rumah Sakit, kami berbuka puasa dengan snack dan air mineral yang dibeli di warung pinggir jalan. Setelah tiba di kota Lembata baru mencari warung untuk makan malam. Selanjutnya tim melakukan evaluasi dan plan untuk keesokan harinya,” tutupnya.

Reporter: Iwan Laki
Editor: Nanang